Selasa, Januari 07, 2014

When I Cried..

Seminggu setelah aku mengetahuinya merupakan saat-saat yang terberat
Aku mati rasa, tubuhku berjalan dan beraktivitas hanya digerakkan oleh kekuatan kebiasaan
Pergantian waktu tak lagi berarti, celoteh keseharian dari sekitarku seperti hanya delusi
Indraku seperti bukan lagi milikku,
Mendengar
Meraba
Melihat
Merasa
Seakan bukan diriku yang melakukannya

Di suatu malam di hari kelima, aku menangis dengan cara yang belum pernah ku lakukan sebelumnya
Aku menangis hingga tubuhku bergetar di luar kendali sampai berjam-jam kemudian
Aku menangis hingga dadaku serasa luluh lantak
Aku menangis hingga kesadaranku hampir teralih
Dan aku berteriak sekencang-kencangnya
Namun, karena ini diriku..
Maka aku menangis dan berteriak tanpa suara
Membekap wajahku sekuat-kuatnya dengan selimut
Berharap dunia di luar kamar ini tak perlu mengetahui kejatuhanku

Kegelapanku tak memudar
Kekosongan yang bermula dari perutku jugatak sedikitpun mengecil
Namun setidaknya aku bisa mengekspresikan sesuatu,
Mengeluarkan kesakitanku
Karena jika aku tak menangis sedikitpun, atau tak terjatuh sedalam ini
Maka berarti kisah-kisah yang ku tangisi itu menjadi tak berarti

Aku akan menangis lagi
Lagi
Di waktu-waktu di masa depan, mulai dari saat itu.
Aku masih akan menangis dalam kebisuan.

Source : Pinterest

# Mimpi Abadi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

This is virtual world. Tapi, inilah tempat yang justru membuat diri kita bisa sejenak melepaskan topeng-topeng dan jubah kepalsuan di dunia nyata. So, this is the real me, yang tak pernah ku tunjukkan kepada kenyataanku. Mari saling berbagi dan bercerita tentang hidup. Feel free to leave your comment. I am not too creative to reply the comments. So, sometimes i don't reply it. But, Please believe that i definitely read your single comment and really appreciate it.