Kamis, Desember 25, 2014

For Now

Source : Pinterest

Semakin ku mengerti diriku, semakin besar rasa sakit dan pahit melumpuhkanku. Aku sudah tidak lagi punya kemampuan itu, untuk menemukan sosok yang bisa menemaniku. Pada saat ini, pikiran untuk bisa sampai di titik itu merupakan keistimewaan bagiku. Bisa seperti ini saja, tetap terhubung dengan realita meski terasa payah, sudah sangat ku syukuri.

Pada dasarnya, untukku yang sekarang ini, berada di waktu dan tempat ini, cukuplah bila aku bisa berada bersama orang yang tidak menyakitiku, sehingga aku tidak balas menyakiti kemudian berbalik pergi seperti selalunya. Sudah cukup untukku bila saat membuka mata, aku bisa merasakan kekuatan di seluruh syarafku untuk bangun dan menjalani hari seperti orang biasa. Seperti sebuah jiwa yang utuh dan muda. Cukuplah bila aku mampu melangkah walau pelan. Cukuplah bila cahaya hidupku masih mampu dirasakan orang lain. 

Karena tidak mungkin untuk kembali dan merubah apapun, aku hanya menginginkan agar aku dijadikan gadis yang kuat, yang bisa tetap tersenyum walau tubuhnya remuk oleh kepedihan. Seorang gadis yang hidup meski dia kehilangan hatinya.

Semoga.


Selasa, Desember 16, 2014

Positive Person

Bukannya aku berburuk sangka pada Tuhan, berburuk sangka pada orang-orang, atau masa depan...

Aku hanya mencoba realistis. Apa yang belum dialami itu belum pasti. Seseorang boleh berusaha keras, boleh menginginkan sesuatu begitu dalam, namun keputusan tidak berada di tangannya.

Jalan yang sudah ku lewati menjadikanku orang yang berhati-hati. Berhati-hati, bukan pesimis. Lebih baik tidak terlalu berharap, daripada kecewa. Berdirilah di titik tengah, tidak condong ke satu sisi antara yakin dan tidak. Dengan begitu, jika tidak mendapatkannya, rasanya tidak akan terlalu menyakitkan. Karena bagiku sekali terjatuh dalam hidup itu rasanya sama menyakitkan dengan terjatuh lima kali. Dan aku tidak sekuat itu. Sebaliknya, jika berhasil  mendapatkannya, rasanya seperti mendapat kejutan yang menyenangkan, kan?

Sekali lagi, aku bukan orang yang bermindset negatif. Aku punya alasan di balik itu.



Kamis, Desember 11, 2014

Book Hangover

Udah lama nggak baca buku fiksi yang bagus, tapi kemaren pas main ke toko buku dapet tiga buku dan salah satunya ternyata punya cerita yang dramatik dan cukup berbobot, syukurlah. Baru bulan sekarang ini punya timbunan buku yang belum dibaca dari bulan lalu. Abis kayaknya cerita-ceritanya ringan-ringan dan pasaran banget sih, padahal sekarang lagi pengen baca yang berat-berat.

Buku itu judulnya The Book Club. Aku udah naksir sih dari pas liat promonya di toko buku online langgananku, cuma belum sampe kepikir mo beli. Eh, kok ternyata malah ada di toku buku sini. Ya udahlah beli aja. 

Aku nggak mau review buku itu disini, nanti bakal ku tulis di postingan lain [ Walaaah..kapan?]. Ceritanya berat, soalnya tentang kehidupan lima orang wanita paruh baya dengan segala masalah mereka. Perasaanku mendung banget pas baca tuh novel di halaman-halaman pertamanya. Saking menariknya, pas baca aku terhanyut sampe-sampe bikin prinsip pribadi :
  1. Aku bakalan hati-hati banget milih pasangan hidupku kelak
  2. Aku bakalan pikir-pikir banget tentang keputusan punya anak, nggak sembarang bikin-bikin aja.
  3. Aku HARUS jadi wanita karir yang punya penghasilan sendiri selamanya.
  4. Aku bakal terus hidup bersama buku-buku
  5. Aku HARUS punya rumah pohon kelak
Huehehehe....


Senin, Desember 01, 2014

You'll Always Definitely Be All Right

Dulu kmu selalu berpikir bahwa kamu akan langsung mati jika dia tidak memilihmu. Faktanya...sampai sekarang kamu masih baik-baik saja. Kamu tidak mati tanpanya. Kamu masih hidup dan bernafas dengan normal. Duniamu masih berputar walau bukan dia lagi yang jadi poros sumbunya. Semua baik-baik saja.

Source : Pinterest

Jawaban paling logis adalah kamu sekarang sudah dinilai cukup kuat. Itu kan alasan Tuhan menjaganya untukmu selama itu? Tuhan meletakkan citra dirinya di ujung jalanmu supaya kamu tetap mau melangkah, supaya kamu punya alasan untuk terus berjuang. Tidak masalah jika kamu menangis sampai merasa ingin mati saja, karena itu membuktikan bahwa kamu memang tulus & menganggapnya berharga. Kamu sudah bosan mengancam Tuhan dengan satu-satunya hal yang kamu miliki, jiwamu. Tapi ternyata tidak, kamu tetap kuat menggenggamnya. Sadar ataupun tidak, kamu justru memilih melanjutkan hidup walau tidak dengannya. Sebelum dia, pada dasarnya kamu memang selalu sendirian. Kamu mendirikan benteng bertembok tebal dan mengunci diri di dalamnya. Setelah dia tidak ada, ternyata semua masih sama saja. Bentengmu masih kokoh tak tertembus, dan kamu akan selalu aman untuk duduk sendirian di sana. Kamu marah, membenci, murka, dan kecewa. Tapi tetap saja kamu memilih maju diatas kedua kakimu.

Source : Pinterest

Kamu sudah kehabisan alasan untuk meneruskan, kamu sudah terjatuh & terpuruk berkali-kali di tempat yang tak ada dirinya, Kamu babak belur oleh luka-luka yang tak terlihat. Tapi nyatanya kamu masih ada disini. Mungkin sebenarnya bukan dialah sumber kekuatanmu yang terbesar, mungkin dalam hati kecilmu kamu pun sudah tahu bahwa dia tidak seberarti yang kamu ilusikan. Kamu perlahan menyadari bahwa dia pun sesungguhnya tidak pernah benar-benar berhasil menerobos benteng yang kamu bangun. Dia hanya kebetulan saja datang di waktu dan tempat yang tepat. Mungkin kamu lebih kuat daripada yang kamu pikirkan. Jadi, boleh dibilang, bahwa satu-satunya hal yang bisa kamu lakukan sekarang adalah membiasakan diri. Tanpanya.