Senin, November 24, 2014

Maybe

Source : Pinterest

Setelah sekian lama, aku sadar bahwa ada cangkang yang menutupku erat. Itulah mengapa aku sering mati rasa, itulah sebabnya aku hatiku sedingin batu padahal seharusnya aku terpengaruh. Bukannya itu buruk, orang lain yang mengalami hal yang sama denganku kebanyakan bernasib lebih buruk lagi. Aku mungkin masih menjalani hari demi hari dalam kepahitan, kesedihan, kekecewaan, dan beragam. Tapi, ada banyak hal yang ku temui dalam proses mengatasi semua itu. Mungkin memang aku tidak akan pernah menang. Mungkin aku akan selalu berpura-pura baik dan melarikan diri di kesempatan pertama, tapi aku tidak takut pada tantangan.

Mungkin saja kelak aku pergi tanpa memperoleh jawaban, tanpa pernah merasakan kebebasan. Mungkin hanya Tuhan saja satu-satunya tempatku menuntut apa yang perlu ku tuntut. Seperti itu saja. Aku sudah sadar bahwa tak ada seorangpun yang bisa ku persalahkan, karena bagaimanapun semuanya akan berbalik kepadaku. Aku tidak bisa bercerita tentang hal-hal yang sudah ku lewati tanpa dihakimi. Mereka bilang " Memaafkan akan membebaskan". Dalam cangkang ini, aku tidak mengerti apa itu maaf, aku hanya tahu bahwa aku sudah selamat sampai hari ini. Padahal, aku bisa mati kapanpun. Aku bisa saja mati karena tak mampu lagi menanggung sesuatu yang ku pikir tak pantas ku tanggung sendiri. Ternyata aku selamat sampai hari ini. Mungkin saja aku memang lebih kuat daripada yang ku pikir. 

Aku selalu menginginkan pembalasan. Aku seseorang yang naif, yang masih percaya pada konsep karma. Tapi aku lupa bahwa mungkin saja rasa sakitku adalah karmaku yang selalu berusaha menyakiti siapapun. Aku percaya bahwa Tuhan ada di pihakku, karena hanya Dia satu-satunya yang melihat jalan panjang yang ku lalui sampai di titik ini, kan? Tapi aku belajar bahwa banyak hal yang kuinginkan tapi tidak bisa ku dapatkan, maka aku mulai mengambil satu-satunya pilihan : Merelakan. 

Setidaknya aku sudah mencoba...

Sabtu, November 22, 2014

Practice Makes Perfect By Julie James

Source : Here
( Sorry About This, But I Can't Find The Better Cover Scan Image )

Judul Asli : Practice Makes Perfect
Judul Terjemahan : Tak Ada Aturan Dalam Hukum Tarik Menarik
Pengarang : Julie James
Penerjemah : Layna Ariesianti
Tebal : 395 Halaman
Bahasa : Indonesia
Tahun Terbit : 2012
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Format : Paperback
Genre : Contemporer Romance
Serial : -
Status : Milik Pribadi
Nomor serial : 053/T/F/NS/2014
Beli di : Tb. Fb Online Sale Novel Kolpri

Blurb :

Setelah delapan tahun berkompetisi, yang melelahkan sekaligus menyenangkan, baik Payton maupun J.D. tinggal menunggu pengangkatan sebagai partner di firma hukum bergengsi di Chicago. Dengan mengesampingkan ego masing-masing, mereka bekerja sama melobi satu klien penting bagi firma. Sayangnya, bos mereka kemudian berubah, hanya satu dari mereka yang akan diangkat menjadi partner!

Payton Kendall  seorang feminis sejati sedangkan J.D. keturunan keluarga kaya yang memiliki banyak hak-hak istimewa. Sebuah novel kontemporer menawan dari Julie James, dengan karakter yang arogan dan ambisius tapi menawan, dan perdebatan menarik memaparkan ketidaknyamanan dan  kelemahan masing-masing pribadi.

Review :

Ini novel pertama terbitan Elex yang ku beli. Bukan berarti tidak akrab juga. Justru sebaliknya, dari kecil aku sudah hafal banget sama penerbit ini karena komik-komiknya. Malah bisa dibilang aku tumbuh besar bareng Elex karena pas kecil dulu komik-komik Elex yang serial orang-orang terkenal dunia tuh sudah jadi sahabat karibku. Kayaknya baru tahun-tahun terakhir ini aja Elex mulai merambah pasar buku-buku novel.

Jadi, ide dasar novel ini sebenarnya udah biasa banget—tentang cinta jadi benci, atau mungkin malah cinta yang terkamuflasekan dengan benci? Namun yang jadi ciri khas novel ini adalah komedinya yang menurutku agak berani. Debat sarkastiknya juga bertebaran dimana-mana dan bikin aku tertawa terus.

Setting tempatnya adalah sebuah firma hukum besar di Chicago. Dua tokoh utamanya, Payton Kendall dan J.D. Jameson sudah bekerja disana selama delapan tahun dan mereka berdua kini menduduki posisi sebagai rekanan senior yang sebentar lagi akan diangkat menjadi partner tetap firma itu. Sayangnya, bos mereka berulah licik. Ia mengumumkan bahwa hanya satu orang dari mereka yang akan diangkat dan keputusan itu akan diambil beberapa minggu lagi oleh komite kepartneran dengan mempertimbangan prestasi dan kinerja kerja mereka selama bekerja disana. Pertimbangan lainnya adalah bagaimana cara mereka bisa memenangkan seorang klien besar untuk memakai jasa firma mereka. Dua orang ini seperti Tom dan Jerry, sejak awal berkenalan sudah sama-sama berkompetisi untuk jadi pegawai terbaik dengan segala cara. Lucu banget cara mereka saling mencoba mengungguli satu sama lain. Kayak anak-anak banget. Bayangkan, mereka berdua ini berlomba paling cepat datang ke kantor untuk kemudian menyindir dan mengejek yang terlambat. Payton tiba di kantor pukul 7 pagi dengan perasaan sangat senang karena berharap akhirnya bisa mengalahkan J.D, untuk kemudian mendapati bahwa J.D sudah datang duluan.

Pengumuman dari bos mereka itu semakin memperuncing kompetisi diantara mereka berdua. Payton dan J.D. itu seimbang, selama ini kedua-duanya merupakan rekanan terbaik yang pernah dimiliki firma itu. Karena kompetisi pribadi mereka, di tahun kedelapan itu mereka sama-sama sukses sebagai pengacara dalam bidangnya masing-masing. Mereka bekerja lembur tanpa diminta, belajar dan membaca begitu banyak tentang artikel-artikel hukum, datang paling awal pulang paling akhir, apa saja deh pokoknya bisa mengalahkan yang lain.

Gesekan pertama dari kompetisi memperebutkan posisi partner tetap mereka terjadi ketika Payton tak sengaja menumpahkan kopi ke jas J.D padahal Payton berniat membantunya. Namun karena J.D sudah berburuk sangka duluan bahwa Payton mulai main kotor untuk memenangkan pertarungan, Payton jadi marah dan  tidak mengelak dari tuduhan itu. Jas kotor itu menurunkan kredibilitas J.D ketika sidang. Karena itu ia kesal dan membalas Payton dengan cara menyabotase sepatu haknya. Saat tampil membela kliennya dalam sidang, sepatu itu rusak, Payton terjatuh, roknya robek di belakang dan membuat seluruh belahan pantatnya ditonton oleh semua yang hadir disana.J.D sangat merasa bersalah karena merasa ia sudah keterlaluan, namun sekaligus mulai timbul respect pada Payton karena berhasil menangani situasi memalukan itu ( Kalau aku yang mengalami itu sih, langsung ambil cangkul, gali lubang di tanah, terus mengubur diri selama-lamanya disana :D ) dengan sangat baik.

Sang klien yang diperebutkan, Jasper Conroy, seorang eksekutif nyentrik flamboyan yang justru pertama kali menyadari keadaan diantara mereka berdua. Aku suka karakter Jasper, dia ini pebisnis yang tidak mementingkan uang semata, namun juga dari kualitas pribadi orang-orang yang berurusan dengannya. Jasper terus menunda keputusan pilihan firma hukumnya karena ia merasa senang dengan Payton dan J.D namun tidak suka dengan cara licik firma dan bosnya mengadu mereka berdua.

Endingnya so sweet banget. Aku sih udah bisa nebak gimana penyelesaiannya sejak seperempat pertama buku ini. Tapi itu tidak masalah buatku, karena yang penting bagaimana proses mereka bisa sampai pada penyelesaian itu. Aku justru heran dengan betapa lambannya Payton dan J.D untuk menyadari solusinya, mengingat mereka berdua ini sama-sama pintar dan terbaik dalam bidangnya. Ah, sudahlah. Yang pasti aku turut merasa senang saat mereka berdua akhirnya bisa bersama dan paling senang lagi saat mereka bisa membalas telak bos yang licik itu.

Yang sangat lucu, ketika akhirnya mereka berdua bisa bicara tanpa saling berusaha saling cekik lagi dan menemukan titik awal perseteruan delapan tahun mereka. Ternyata sebabnya hanyalah kesalahpahaman kecil yang...bener deh, konyol banget. Aku tidak mau membocorkannya, cuman aku jamin pas ketemu halaman itu nggak bakal bisa nahan ketawa, nggak habis pikir melihat kelakuan mereka berdua itu.

Satu hal yang membuatku agak penasaran sampai akhir adalah apa sih kepanjangan dari J.D itu ? Nggak disebutkan dimana-mana padahal aku sudah baca teliti  banget. Apa memang nama orang barat itu ada yang kayak inisial gitu, ya?

Alurnya sih enak diikuti, cuma ada satu hal yang menurutku agak mengganggu kenikmatanku membaca yaitu ada beberapa istilah hukum yang asing di telingaku. Dan karena aku males ribet nyari apa artinya, aku tetap nerusin membaca sambil ngira-ngira apa sih artinya istilah ini atau istilah itu. Terus Payton dan J.D sama-sama tokoh dengan karakter yang kuat, mereka bisa mengimbangi satu sama lain dan itu membuat cerita mereka menjadi menarik untuk diikuti.


Yang terakhir, sebenarnya tidak berhubungan dengan konten cerita tapi lebih pada masalah teknis bukunya, dalam hal ini adalah blurb. Aku kurang suka bagian “Sebuah novel kontemporer......” dan seterusnya sampai habis. Menurutku tidak perlu dijabarkan begitu, cukuplah dengan ringkasan ceritanya dan ditutup dengan pertanyaan-pertanyaan kayak “ Mengapa mereka....?”, “ Apakah dia bisa...,”. Begitulah.

Untuk cerita, ku beri rating :



Dan untuk sampulnya :


Escaping


Kalau dibilang bahwa mahasiswa tingkat akhir itu sibuknya minta ampun...entah kenapa kok nggak berlaku buatku. Justru aku punya begitu banyak waktu luang sekarang. Padahal aku sementara bimbingan proposal, tapi ternyata dengan kegiatan itu pun, beserta koreksi-koreksiannya tidak makan waktu banyak. Aku heran mengapa kok teman-temanku kelihatannya sama sekali nggak bisa beraktivitas lain saat sedang skripsi.

Jadi, akhir-akhir ini aku semakin tenggelam di dunia fiksi. Novel, anime, film, dan manga.

Aku merasa semakin hilang di dunia itu. Saat sedang diam, atau melaksanakan sesuatu yang monoton, misalnya sedang naik kendaraan, pikiranku menguasaiku sedemikian rupa hingga beberapa kali hampir saja celaka. aku memang seorang pengkhayal. Namun, semakin lama rasanya semakin sulit untuk tetap berpegangan pada realita. Ketika sedang baca manga atau nonton anime, selalu ada rasa hampa dan sedikit sakit, seperti sangat menginginkan sesuatu namun tahu bahwa tidak mungkin terjadi. Ah, aku ingin merasakan hidup seperti dalam fiksi. Semakin hari kenyataanku semakin sedikit, dan imajinasi serta hal-hal yang tidak nyata bertambah jelas dan kuat.

Mungkin karena aktivitas menulisku yang berkurang drastis sehingga aku tidak bisa mengeluarkan apapun yang ada dalam sistem pikiranku. Entah mengapa menulis semakin sulit akhir-akhir ini. Banyak yang ingin ku utarakan, namun aku tidak bisa menemukan kata-katanya. Rasanya seperti gagap bicara, seluruh diri berusaha sekuat tenaga mengeluarkan kata, namun mulut tidak bisa mengucapkannya ( Percayalah, aku tahu rasanya gagap).

Banyak yang ku takuti di dunia ini. Banyak juga hal yang ku inginkan disini. Apakah baik jika aku menyerah saja dari hidup dan sepenuhnya pasrah pada apa yang dulu pernah menyelamatkanku? Apa tak apa kalau ku lepas pikiran dari tubuhku, membiarkannya berkelana bebas untuk menemukan jawaban-jawaban? Tubuhku ini besar, namun terasa sesak untuk berpikir. Tubuhku tidak didesain untuk ini. Aktivitas fisikku sangat kurang, karena aku benci mengeluarkan tenaga. Namun, pikiranku agresif dan tidak pernah diam. Menyiksa sekali.


Ah...

Jumat, November 21, 2014

Glitter Baby By Susan Elizabeth Phillips


Judul Asli :  Glitter Baby
Judul Terjemahan : Pencarian Sang Bintang
Pengarang : Susan Elizabeth Phillips
Penerjemah : Gina Gania
Tebal : 551 Halaman
Bahasa : Indonesia
Tahun Terbit : 2013
Penerbit : Dastan Books
Format : Paperback
Genre : Contemporer Romance
Serial : American’s Lady #1
Status : Milik Pribadi
Nomor Serial : 044/T/F/S-Q-01/2014
Beli di : Tb Online Fb Sale Novel Kolpri. Here

Blurbs :

Sejak lahir, Fleur Savagar dibesarkan di sebuah sekolah biara, dan hanya diizinkan bertemu ibunya selama sebulan dalam setahun oleh Alexi Savagar, ayah yang tak pernah ditemuinya. Fleur berusaha keras untuk selalu menjadi yang terbaik agar bisa memenangkan hati sang ayah yang entah mengapa sangat membencinya. Kemudian semuanya berubah ketika seorang fotografer memotret kecantikan Fleur yang tidak biasa dan membawanya menjadi model serta bintang terkenal di Hollywood.

Jake Koranda adalah penulis naskah sekaligus aktor yang menjadi impian setiap wanita. Tetapi di balik kesuksesannya, Jake hanyalah pria yang ingin melupakan masa lalunya. Pada awalnya, Jake keberatan ketika produsernya memilih Fleur untukmemerankan tokoh wanita dalam film yang ditulisnya. Ia tidak yakin gadis selugu Fleur bisa memerankan wanita penggoda yang penuh perhitungan.

Fleur yang semula hanya merasakan ketakutan terhadap Jake, perlahan mulai jatuh cinta pada pria arogan sekaligus baik hati itu. Sedangkan Jake sendiri tidak bisa menepiskan pesona kepolosan Fleur yang mengingatkannya pada saat-saat indah sebelum cinta pertamanya mengkhianatinya dan perang mengubah dirinya selamanya. Namun sebuah kesalahpahaman terjadi dan memisahkan mereka sebelum cinta mereka dapat bersemi. Sanggupkah Fleur menghadapi pengkhianatan dari orang-orang yang dicintainya? Akankah Jake menemukan cinta yang didambakannya dari sang bintang?

Review :

Kalau mendengar nama Fleur, apa yang pertama kali terlintas di pikiran? Kalau aku sih, Fleur Delacour dari buku serial Harry Potter. Iya, kan? Aku suka banget nama itu karena menurutku kesannya sang pemilik nama adalah seorang yang cantik dan anggun dalam cara yang elegan. Terus, enak aja ngucapinnya. Hehe.

Fleur versi SEP ini juga digambarkan cantik banget. Cantiknya bukan cantik biasa, tapi ada ciri khasnya yang majalah-majalah mode serta para pakar kecantikan tidak bisa menjabarkannya dengan kata-kata kecuali hanya mampu mencoba mengidentifikasi warna-warna dari anggota tubuhnya. Warna rambutnya hanya bisa dijelaskan sebagai “jalinan benang dari semua warna pirang yang berubah warna akibat cahaya”, iris matanya disebutkan berwarna seperti “pualam keemasan, cokelat gelap, dan kilauan hijau zamrud yang mengejutkan”. Kemunculannya adalah fenomena yang mengundang pemujaan berlebih terhadapnya dari para aktivis mode maupun orang biasa. Ia dikenal orang sebagai sang “Glitter Baby”

Namun ternyata, di balik semua kegaduhan yang dia timbulkan, Fleur hanyalah seorang ABG yang insecure dan rendah diri. Tapi ia terobsesi menjadi yang terbaik dalam segalanya. Dengan begitu, ia pikir sang Ayah yang entah mengapa tidak pernah mau bertemu dengannya akan berubah pikiran. Fleur benci tubuhnya. Ia merasa tidak  nyaman terutama dengan tubuhnya yang tinggi besar. Bahkan sampai ia berhasil mendapat tawaran main film pun, ia masih tidak nyaman dengan dirinya dan membenci profesi aktrisnya.

Di film pertamanya ia bertemu dengan Jake Koranda, sang penulis skenario film yang sudah berhasil menyabet pulitzer sekaligus aktor tampan terkenal. Awalnya, Jake tidak setuju dengan masuknya Fleur dalam jajaran pemain film yang ditulisnya. Jake menganggap Fleur tidak akan bisa memerankan perannya dengan baik karena Fleur tidak punya pengalaman akting sebelumnya. Namun, setelah saling lobi antar para produser, Jake menyetujuinya. Umur mereka berdua terpaut jauh. Jadi, selama syuting Jake memperlakukan Fleur sebagai seorang adik yang membuat Fleur merana karena diam-diam ia mulai menyukai Jake.

Novel ini menceritakan kehidupan dua generasi. Yaitu Belinda (Ibu Fleur) dan Aleksi Savagar, serta Fleur dan Jake Koranda.

Jika Fleur rendah diri, maka Belinda lebih parah lagi. Sejak remaja ia sudah punya cita-cita, ingin menjadi artis terkenal. Keinginannya tidak tercapai karena meski tubuh dan wajah Belinda sempurna, otaknya tidak cerdas dan ia tak punya bakat sama sekali. Karena itu ia hanya dijadikan sebagai simpanan muda para produser. Ia terobsesi pada para bintang. Para artis adalah cahaya kehidupannya, ia ditakdirkan untuk selalu berada dekat dengan mereka, berada di bawah sinar kebintangan mereka, dan akan mati perlahan jika tak mendapatkannya. Semua itu membuatnya rela diperlakukan seperti apapun asalkan bisa hidup bersama para artis. Nasib mempertemukannya dengan Errol Flynn dan Aleksi Savagar dan yang terakhir, Jake Koranda.

Aku beruntung bisa membaca serial ini dari seri pertama karena ceritanya menakjubkan. Novel SEP yang pernah ku baca itu serial Chicago Stars. Serial tentang para pemain football itu menurutku masih lumayan ringan dan lebih banyak komedinya. Tapi, American Lady lebih berat. Lebih banyak drama, tragedi, mellow, meski tetap ada unsur komedinya.

Gaya bercerita SEP sangat bagus, aku sampai tertegun-tegun membaca buku ini. Semua karakternya hidup dan terasa nyata. Karakter-karakter para tokohnya juga berkembang. Keluarga Savagar yang masing-masing menyimpan luka dalam hatinya. 

Aleksi Savagar, sang kepala keluarga adalah tokoh antagonis. Uh, padahal dia ini adalah favoritku sebelum jadi jahat. Bayangkan, ia rela menikahi Belinda meski tahu Belinda itu bekas simpanan teman sekaligus saingannya, dan ya...istilahnya cuma menang cantik doang. Hatiku rasanya nggak rela melihat bagaimana Aleksi berubah jadi menyedihkan.

Fleur dan Michel, adik tirinya, menemukan jati diri masing-masing. Michel yang awalnya dimanjakan oleh sang nenek, dibuang oleh ayahnya setelah diketahui bahwa dia gay. Tapi, ia berhasil menjadi perancang busana terkenal. Fleur, dengan segala kesedihan, kekecewaan, dan ketakutannya, akhirnya menemukan diri dan jalannya sendiri. Ia tidak rusak karena latar belakang keluarga maupun masa lalunya. Bahkan, meski orang-orang tergila-gila dengan tubuhnya, Fleur tidak lantas menjadi sombong seperti kebanyakan orang. Ia bahkan sempat menjadi gemuk.

Jake, yang dikhianati istri sekaligus cinta pertamanya tidak lagi percaya cinta. Aku suka Jake ini bukan dari karakternya, tapi bakat-bakatnya. Ia penulis yang sukses. Orang-orang rela membayar mahal untuk bisa membaca naskah skenario filmnya. Ia tidak sombong. Dan, sebagaimana hero yang baik, ia juga punya masa lalu yang buruk. Tapi, Jake ini karakternya lemah. Kalau nggak karena inisiatif Fleur, kayaknya hubungan mereka ini nggak bakal maju-maju karena Jake selalu terjebak dalam dirinya sendiri. Rasanya karakter Jake tenggelam diantara tokoh-tokoh lainnya. Apalagi, Jake ini nggak punya andil dalam kebangkitan Fleur setelah sekian lama. Untungnya walaupun ganteng dan terkenal, Jake bukan playboy. Terus, adegan terakhir pas Jake mencoba kembali pada Fleur dengan meniru adegan dari sebuah film lucu juga.

Yang paling menyebalkan, tentu saja Belinda. Dia ini tokoh kunci yang menjadi pusat perputaran nasib semua karakter. Belinda ini sangat kekanak-kanakkan. Dalam pikirannya hanya ada cara bagaimana agar ia selalu dekat dengan orang-orang terkenal. Ia sama sekali tidak bisa mandiri. Untungnya, ia sangat mencintai Fleur. Penggambaran karakternya sangat baik, aku sampai gemas banget bacanya. Nggak bisa bayangkan deh bagaimana kalau di dunia nyata ini ada orang yang kayak dia ini, nggak punya kepribadian dan prinsip sama sekali.

Dan jangan lupakan sahabat Fleur, Kissy, yang menjadi orang pertama yang dipercaya oleh Fleur. Kissy setia mendampingi Fleur hingga mereka berdua menjadi orang yang berhasil memenuhi cita-cita mereka masing-masing. Kisah cinta Kissy ini juga lucu. Kissy selalu menjalin hubungan dengan para lelaki yang hanya menginginkan tubuhnya saja. Namun, ketika ada seorang lelaki yang mencintainya apa adanya, ia jadi bingung. Akhirnya Fleur menyuruh lelaki itu, Charlie, untuk mencoba mendekati Kissy tidak dengan tubuhnya tapi lewat otaknya. Kissy itu cewek pintar, namun selama ini tak ada yang mempertimbangkannya karena ia punya aset-aset tubuh maut. Untungnya, Charlie juga  pintar. Pendekatan Charlie yang tidak biasa, yaitu selalu menuntut pendapat-pendapat Kissy tentang topik-topik ilmiah dan isu politik, akhirnya berhasil. Dan setelah mengalahkan Kissy dalam permainan scrabble, Charlie berhasil memiliki hati Kissy sepenuhnya. Sejujurnya, aku lebih suka pasangan itu ketimbang Jake-Fleur.


Untuk cerita, ku kasih rating perfect karena menyentuh, tokoh-tokohnya lovable, dan nggak ada holenya :


Dan untuk sampul, yah... Aku kurang sreg sama sampul buku-buku dastan, sih. Soalnya aku penggemar cover animasi.  Modelnya cantik, sih. Tapi tetep aja.


#Gomawa...


Kamis, November 20, 2014

...

"When deep injury is done to us
We never recover until we forgive
Forgiveness doesn't change the past
But it does enlarge the future..."
(Mary Karen Read)

Senin, November 17, 2014

A Kite Analogy

Source : Here

“Saat pertama kali kau ke sini,” ucapnya pelan “kau seperti layangan yang terbang tinggi terbawa angin, tanpa siapapun memegang ujung benangnya. Tetapi angin yang memicumu adalah rasa amarah.”

Aku menggeleng. “Aku tidak marah. Aku ketakutan.”

“Mungkin sedikit,” balasnya. “Tetapi sebagian besar dirimu merasa marah, sama seperti John. Bukannya itu buruk. Itulah mengapa dia memilihmu. Kalian sangat serupa. Kalian sama-sama marah—akan apa yang terjadi pada kalian, dan apa yang kalian lihat terjadi pada orang lain. Kalian berdua sama-sama butuh seseorang untuk memegang ujung benang layangan kalian supaya amarah kalian tidak membuat kalian terbang tinggi ke langit dan hilang selamanya.”

Airmata menggenangi mataku. Kali ini aku tidak dapat menghentikannya. Aku hanya dapat berharap kalau aku tidak bicara, airmata itu akan hilang dengan sendirinya.

“Sekarang setelah John tidak ada,” Kata Mr. Liu, “tidak ada yang memegangi benang layanganmu. Kau akan pergi ke manapun angin—dan amarahmu—membawamu. Kau bahkan mungkin akan tertiup menjauhi kami. Pikiran itu pasti sudah terlintas di benakmu.”

**A Scene in "Awaken" by Meg Cabot


Selasa, November 11, 2014

Lyric And Translation Of "Baby Don't Cut" By B-Mike

Source : Pinterest

She's only 17, her whole life's ahead of her.
Gadis itu masih berumur 17 tahun, hidup terbentang di hadapannya.
She hates school because the people there discredit her.
Ia benci sekolah karena orang-orang disana merendahkannya
Her boyfriend tries to show her that's not how it seems.
Kekasihnya mencoba menunjukkan padanya bahwa semua tak seperti kelihatannya
But everyday she just gets lowered with her self-esteem.
Namun setiap hari harga diri gadis itu semakin rendah
He let's her know that every night will have a brighter day,
Kekasihnya membiarkannya untuk tahu bahwa setiap malam akan memiliki hari yang lebih cerah
She even tried to overdose and take her life away.
Gadis itu bahkan mencoba overdosis dan membuang hidupnya
She's feeling hopeless there just sitting down beside her bed,
Dia merasa putus asa, duduk di sisi tempat tidurnya
Then he takes his hand and places it beside her head.
Lalu sang kekasih mengangkat tangan dan meletakkannya di samping kepala si gadis.

He tries to hold her but with every touch she still resists,
Kekasihnya mencoba memeluk gadis itu, namun setiap sentuhannya ditolak
And then he sees the scars that bury deep within her wrists,
Lalu kekasihnya melihat luka-luka yang tercetak dalam di pergelangan tangan si gadis
She's feeling numb, he tries to beg and plead and ask her, "Why?"
Gadis itu mati rasa, kekasihnya terus memohon dan bertanya padanya, “Mengapa?”
She says this way she has control of the pain she feels inside.
Si gadis bilang inilah caranya mengontrol rasa sakit dalam dirinya
He's asking her, "How long it's going since you've felt this way?"
Sang kekasih bertanya “ Berapa lama sudah kau merasa seperti ini?”
Because you got me here, just feeling so damn helpless."
Karena kau membuatku merasa benar-benar tak berguna disini."
She says, "It's been a while. I guess I needed better luck."
Si gadis berkata “Sudah beberapa lama.  Sepertinya aku butuh keberuntungan yang lebih baik.”
And then he screams at her and tells her, "Baby, never cut!"
Lalu sang kekasih berteriak pada si gadis,”Sayang, jangan mengiris,”

Nobody seems to get you, you feel you're on your own,
Kelihatannya tak seorangpun cocok bersamamu, kau merasa sendirian
But listen, pretty lady, you don't have to be alone.
Tapi dengarlah wahai gadis cantik, bahwa kau tak harus sendirian
So, baby, don't cut, baby, don't cut.
Jadi, sayang jangan mengiris. Sayang, jangan mengiris.
You can do anything, just promise baby you won't cut.
Kau bisa melakukan apapun, berjanjilah bahwa kau tak akan mengiris.
I know your heart is hurting, you think the road has end,
Ku tahu hatimu sakit, kau pikir jalan telah berakhir
You may just feel that blade you're holding is your only friend
Kau mungkin merasa bahwa silet yang kau pegang adalah satu-satunya kawanmu.
But baby don't cut, baby don't cut.
Tapi sayang, jangan mengiris. Sayang, jangan mengiris.
You can do anything, just promise baby you won't cut.
Kau bisa melakukan segala hal, berjanjilah bahwa kau tak akan mengiris.

The next day at school she's feeling better than the day before.
Hari berikutnya di sekolah, si gadis merasa lebih baik daripada kemarin
Even cracked a couple smiles as she walked the corridor.
Dia bahkan merekahkan senyuman saat berjalan di koridor
But all that seemed to end: she dropped her books when she walked into class.
Namun semua itu cepat berakhir: bukunya jatuh ketika masuk kelas
And every student in the room just seemed to point and laugh.
Dan setiap siswa di ruangan hanya menudingnya sambil tertawa.
She couldn't take it anymore, she sent her boy a text.
Dia tak mampu menahannya lagi, dikirimnya pesan pada kekasihnya
She said, "I love you with my body, heart and soul to death."
Si gadis bilang,” Aku mencintaimu dengan seluruh tubuh, hati, dan jiwaku sampai mati.”
He thought nothing, typed "I love you", then he sent it.
Kekasihnya tak memikirkan apapun, mengetik “ Aku mencintaimu”, lalu mengirimnya.
By "death" he didn't know that she had literally just meant it.
“Sampai mati”, sang kekasih tidak tahu bahwa gadisnya benar-benar memaksudkannya seperti itu.

She ducked the next class, ran home into the bathroom.
Gadis itu membolos kelas selanjutnya, berlari pulang dan masuk ke dalam kamar mandi
Thought to herself she wouldn't break her promise that soon.
Berpikir bahwa dia tak menyangka dirinya melanggar janjinya secepat itu
One cut... two cuts... three cuts... four...
Satu irisan, dua irisan, tiga irisan, empat...
The blood just started dripping from the tub to the floor.
Darah mulai menetes dari bak mandi hingga lantai
Her boyfriend had a feeling in his stomach that he hated.
Kekasih gadis itu merasakan sesuatu yang dia benci di perutnya
He followed it right down to her house he never waited.
Dia mengikuti si gadis ke rumah yang tak pernah ditunggunya
The front door was open, he heard the water running.
Pintu depan terbuka, sang kekasih mendengar aliran air
He stormed into the bathroom and his heart just started gunning.
Dia menyerbu ke kamar mandi dan hatinya mulai tertembak

Nobody seems to get you, you feel you're on your own,
Kelihatannya tak seorangpun cocok bersamamu, kau merasa sendirian
But listen, pretty lady, you don't have to be alone.
Tapi dengarlah wahai gadis cantik, bahwa kau tak harus sendirian
So, baby, don't cut, baby, don't cut.
Jadi, sayang jangan mengiris. Sayang, jangan mengiris.
You can do anything, just promise baby you won't cut.
Kau bisa melakukan apapun, berjanjilah bahwa kau tak akan mengiris.
I know your heart is hurting, you think the road has end,
Ku tahu hatimu sakit, kau pikir jalan telah berakhir
You may just feel that blade you're holding is your only friend.
Kau mungkin merasa bahwa silet yang kau pegang adalah satu-satunya kawanmu.
But baby don't cut, baby don't cut.
Tapi sayang, jangan mengiris. Sayang, jangan mengiris.
You can do anything, just promise baby you won't cut.
Kau bisa melakukan segala hal, berjanjilah bahwa kau tak akan mengiris.

He puts her arm around his shoulder, he's just trying lean her back up.
Sang kekasih memeluk bahu gadis itu, mencoba mengangkatnya.
Yelling out her name as he lays her beside the bathtub.
Meneriakkan nama si gadis sambil menyangganya di sisi bak mandi
Feels his whole world just took a hit from a big avalanche.
Merasa seluruh dunianya runtuh karena longsoran besar
Screaming out so heavily, "Somebody call an ambulance!"
Berteriak begitu kuat “Seseorang tolong panggil ambulans!”
Feeling mad angry like somebody's led her onto this.
Merasa sangat marah karena semua orang telah membuat si gadis menjadi seperti ini
Her eyeballs are rolling, drifting out of consciousness.
Mata si gadis bergerak-gerak, mulai  hilang kesadaran
Thinking to himself why the hell did she just stop at will.
Sang kekasih berpikir mengapa si gadis berhenti berusaha
The tears just keep on rolling as they head to the hospital.
Airmata terus mengalir saat mereka menuju ke rumah sakit

Paramedics rush her in, the doctor calls emergency.
Staf medis segera menjemput si gadis, dokter memanggil gawat darurat
She's lost a lot of blood the place looks like a murder scene,
Si gadis kehilangan banyak darah, tempat itu terlihat seperti lokasi pembunuhan
An hour later, the doc walks over with a sour face,
Sejam kemudian, dokter berjalan keluar dengan wajah masam
And says, "Excuse me for the words that I'm about to say.
Dan berkata “Aku minta maaf atas apa yang akan ku sampaikan”
I'm sorry for your loss," the boy just starts collapsing.
“Aku turut berduka atas kehilanganmu” cowok itu terjatuh.
His own world, his own girl just took a crashing.
Dunianya, gadisnya baru saja hancur
Saying to himself that it's his fault and that he let it up.
Mengatakan pada diri sendiri bahwa semua salahnya 
"Baby, I thought you made a promise you would never cut."
“Sayang, ku kira kau telah berjanji bahwa kau tak akan mengiris"

Nobody seems to get you, you feel you're on your own,
Kelihatannya tak seorangpun cocok bersamamu, kau merasa sendirian
But listen, pretty lady, you don't have to be alone.
Tapi dengarlah wahai gadis cantik, bahwa kau tak harus sendirian
So, baby, don't cut, baby, don't cut.
Jadi, sayang jangan mengiris. Sayang, jangan mengiris.
You can do anything, just promise baby you won't cut.
Kau bisa melakukan apapun, berjanjilah bahwa kau tak akan mengiris.
I know your heart is hurting, you think the road has end,
Ku tahu hatimu sakit, kau pikir jalan telah berakhir
You may just feel that blade you're holding is your only friend.
Kau mungkin merasa bahwa silet yang kau pegang adalah satu-satunya kawanmu.
But baby don't cut, baby don't cut.
Tapi sayang, jangan mengiris. Sayang, jangan mengiris.
You can do anything, just promise baby you won't cut.
Kau bisa melakukan segala hal, berjanjilah bahwa kau tak akan mengiris.

Lyric's source : From here...

----------------------------------------------------------------------------

Ada perasaan miris, marah, dan getir kalau mendengarkan lagu di atas. Ceritanya tentang seorang cowok yang gagal menyelamatkan hidup kekasihnya. Jenis musik yang digunakan adalah rap. Lagu ini benar-benar sukses menampilkan perasaan kedua pasangan kekasih itu. Si cowok benar-benar peduli pada depresi yang dialami kekasihnya, dia terus menghibur, memeluk, dan ada di sisi gadisnya setiap saat. Gadis itu adalah orang yang terkucil di sekolahnya, dan tempat itu merupakan sumber depresi terbesarnya. 

Sayang, cowok itu tak berhasil. Semua kasih sayangnya itu tak cukup untuk membuat gadisnya ingin terus hidup. Semua cinta yang diberikannya tak cukup melawan rasa sakit kekasihnya. Dan ketika si gadis memutuskan untuk benar-benar mati, cowok itu merasa benar-benar hancur berantakan.

Ah, aku suka lagu ini. Pertama dengar aku ternganga karena terpesona akan kuatnya emosi yang dihasilkan lagu ini. Apalagi ini rap, yang ku rasa cocok untuk dipakai menyampaikan melodi-melodi tentang kemanusiaan.

Dan, hasilnya adalah aku semakin ingin menjadi sukarelawan kesehatan mental remaja. Aku tidak sanggup memikirkan betapa banyaknya remaja-remaja di luar sana yang memutus paksa bentangan hidupnya yang masih sangat luas. Aku ingin menyelamatkan mereka. 


Minggu, November 09, 2014

Private Place

Jika yang diinginkan orang-orang seusiaku adalah menjelajah dunia sejauh-jauhnya, mencari pengalaman sebanya mungkin, atau bertemu dengan bermacam-macam orang selagi  masih sempat...

Maka yang ku inginkan hanyalah tempat pribadi yang tenang, sepi, ditemani benda-benda yang membuatku tenang ; novel-novel, laptop, kopi, musik, dan mungkin beberapa camilan kecil. Hanya itu saja.

Jiwaku adalah jiwa tua yang bersemayam dalam tubuh muda
Aku lelah..

Please people, include my family...
Don't interfere me...


Jumat, November 07, 2014

You'll Never Know

Itulah sebabnya aku berusaha untuk sesedikit mungkin mendapat, atau meminta, bantuan dari orang lain. Kau tidak pernah tahu kapan mereka akan datang menagih padamu, meminta balasan atas apa yang mereka pernah lakukan. Dan, kau juga tidak tahu berapa banyak yang akan mereka minta, apakah sesuatu yang sangat berarti bagimu? Atau mungkin mereka menuntut waktumu di saat kau benar-benar membutuhkannya. Bukannya aku tidak membutuhkan orang lain, hanya saja senang rasanya kalau tidak harus selalu bersiap-siap, selalu waspada akan permintaan orang lain. Aku menginginkan hal yang tulus, tanpa pamrih. Ku pikir semua orang pasti menginginkannya. Kau membantu orang lain bukan karena harus, tapi karena kasihmu yang begitu besar pada mereka. Kau dibantu karena mereka menyayangimu, karena kau istimewa dan tidak seorangpun ingin melihatmu dalam kesulitan. Begitu saja, sesederhana itu. Sehingga kau tidak harus merasa seperti diingatkan akan hutang yang kau punya setiap kali kau melihat orang-orang yang pernah membantumu.

Senin, November 03, 2014

Hidden Passion : Volunteer

Source : Pinterest

Kesibukanku akhir-akhir ini, mengurus proposal skripsi yang tertunda selama setahun lamanya. ada beberapa masalah administrasi terkait dengan kadaluarsanya SK Pembimbing, tapi pada intinya semua berjalan dengan amat lancar.

Sudah empat kali total tatap muka dengan si Bapak pembimbing II, tapi baru 1x yg dihitung sebagai konsultasi. Pertemuan ketiga, dia coret semua proposalku. kebanyakan terkait masalah teknik penulisan yang memang sebetulnya memang aku nggak begitu telaten masalah begituan.

Sudah diprint bagus-bagus untuk ketiga kalinya, versi ketiga kemarin itu ( Jum'at ) tebel banget untuk ukuran proposal. Hampir 50 halaman. Aku udah pede banget tuh menghadap karena udah ku tambah-tambahin dari berbagai buku. Dalam bayanganku, dia bakal mengangguk-angguk terus nyuruh ngurus surat permohonan ujian di pengajaran karen amemang targetku minggu ini sudah harus selesai bimbingan ke pembimbing I dan II.

Ternyata kenyataan tak seindah khayalan. Jangankan buka proposalku yang rapi dan cantik itu. Dia malah kuliah panjang lebar nyuruh aku bikin ulang proposalku karena menurutnya latar belakangku yang sekarang itu, " cuma metodenya yang kualitatif, tapi rasanya masih kuantitatif". Memang sih, aku bikinnya cuma copas berbagai jurnal & artikel ( tetep nyantumin sumber, dong ) karena dikejar waktu. Dan empat pertemuan sebelumnya dia nggak ada masalah tuh.

Yang bikin aku menarik kesimpulan : Wah, ternyata dia baru baca baik-baik proposalku ini. Dia baru tertarik, mungkin saja dia baru merenungkannya malam sebelumnya, atau pas dia ngawas ujian mid sebelumnya ( karena ceritanya aku disuruh nunggu sampai dia selesai ngawas ujian). 

Dia menantangku, bilang bisa tidak aku merubah latar belakang itu menjadi kalimat-kalimatku sendiri. Sisipan pendapat orang lain cukup satu dua paragraf saja. Dia juga bertanya apa aku suka menulis, dan kenapa aku tertarik pada kualitatif yang metodenya memang sangat abstrak. Ku jawab sekenanya saja sambil ketawa-tawa. Aku  menjanjikan proposalku senin ini.

Aku memang perlu  menjawil diriku sendiri. Masak aku ini, yang cita-citanya menjadi penulis, yang juga adalah seorang senior di sebuah lembaga pers dengan jam terbang yang cukup, penulis blog, dan maniak buku, tidak bisa membuat sebuah proposal karya asli? Ternyata bisa. Aku mencari ide selama dua hari dan mulai menuliskannya siang tadi. Begitu kalimat pertama terketik, selanjutnya ternyata sangat lancar. Aku hanya perlu browsing sedikit untuk melengkapinya dengan fakta dan data disana-sini agar tidak menjadi karya fiksi. Sebelumnya, aku berasumsi bahwa Bab I-nya akan menyusut. Ya, aku tidak cukup percaya diri untuk bisa menulis sesuatu sebanyak 13 halaman. Eh, ternyata setelah selesai sama saja. Bab I tetap 13 halaman. Ternyata aku ini lumayan juga, ya.

Jadi, itu tidak masalah. Yang bikin aku kesal adalah mengapa si Bapak itu tidak nyuruh begitu dari awal? Bayangkan pas koreksi pertama itu lama banget dia "bedah' proposalku. Coret sana coret sini. Kan buang-buang waktu namanya. Terus proposal versi ketiga itu, yang dia nggak koreksi dan suruh bikin ulang, kan jadinya kertasnya mubadzir. Itu bikin aku jengkel. Apalagi tema proposalku adalah tentang akuntansi hijau, yang  mana di dalamnya aku tegas dan keras banget menyoroti masalah eksploitasi SDA oleh manusia demi kepentingan hidup dan industri.

Mubadzir kertas ikut mempercepat habisnya hutan-hutan Indonesia oleh Illegal logging

Yang aku syukuri selama penyusunan proposal ini, aku baru sadar bahwa aku ini punya kelebihan yang berguna yaitu rentang konsentrasiku yang amat panjang. Memang agak susah bagiku untuk konsen karena ide-ideku yang banyak dan perhatianku sangat  mudah teralih. Namun, begitu bisa memasuki mode konsentrasi, maka aku akan benar-benar fokus. Ku perhatikan, aku bisa konsen selama kurang lebih 36 jam. Dan asyiknya, aku mendapati bahwa kalau kerjaanku yang butuh konsentrasi itu belum selesai tapi karena lelah aku berhenti sejenak untuk melaksanakan aktivitas lain seperti masak, makan, nonton film, menyanyi, membaca, mencuci, bahkan tidur, otakku tetap siap siaga pada kerjaan yang belum selesai itu. Pikiranku seperti sudah terikat pada hal itu dan tidak teralih meski fisikku berpindah-pindah. Berguna banget, kan?

Oh ya, berkaitan dengan penyusunan proposal itu, aku kan browsing-browsing tuh terutama mengenai kasus-kasus pencemaranalam oleh industri. Dan sumpah, aku nangis waktu baca tentang kisah tragedi Teluk Minamata di Jepang. Bukan pas tragedinya, tapi upaya negara itu untuk menjaga lingkungannya agar tidak terjadi hal serupa. Masyarakat Jepang itu belajar dari pengalaman, makanya nggak heran mengapa setelah diluluh lantakkan bom atom Hiroshima-Nagasaki, mereka cepet banget bangkitnya. Ck...ck...ck. Tapi abis itu aku emosi berat waktu baca tentang kasus Lapindo. Urghh..Rasanya pengen banting laptop saking sebelnya sama perusahaan itu & juga pemerintah yang nggak tegas dan penakut.

Abis itu, aku jadi punya keinginan untuk menjadi seorang volunteer pelestarian lingkungan hidup. Aku pengen jadi aktivisnya Green Peace atau minimal Wahana Lingkungan Hidup (WALHI). Sejujurnya, sejak dulu aku ini memang punya kepedulian lingkungan yang besar, lho. Malah jauh lebih besar dibanding kepedulian sosialku. He...he..he. Aku tuh perasaan banget kalau ngeprint-ngeprint salah terus yang bikin kertas & tinta terbuang percuma, atau siang-siang pas asap knalpot kendaraan lagi banyak-banyaknya, atau yang bikin aku gelisah banget... masalah energi minyak yang bikin bumi tambah panas hari demi hari. Aku sering mikiiir gitu gimana caranya supaya ada energi alternatif pengganti minyak bumi. bahkan aku setuju-setuju aja subsidi BBM dihapuskan, atau penerapan kebijakan warna plat, dengan catatan ada fasilitas transportasi umum yang aman, murah, nyaman, terjangkau, dan mudah diakses ( Kapan, ya?). Aku juga setuju-setuju aja ada kewajiban naik sepeda kesana-kemari sebagai pengganti kendaraan bermotor. Asal bukan aku sendirian yang naik sepeda :D.

Source : Pinterest

Ya, sebetulnya keinginan jadi volunteer itu  kuat banget akhir-akhir ini. Tidak cuma jadi volunteer lingkungan, aku juga pengen banget gabung jadi aktivis gerakan kesehatan mental dan.....galakkan kebiasaan membaca. Beneran, deh. Aku mau tuh gabung di tiga gerakan itu. Mungkin abis kuliah ini aku mau meluangkan waktu kesana.

Sekian. Selamat dini hari...