Jumat, Januari 10, 2014

My Little Library

Sudah sejak SMA aku punya cita-cita bahwa kelak di suatu saat aku akan membuat perpustakaan pribadiku sendiri. Aku ingin punya sebuah rumah yang mirip rumahnya Shinichi Kudo yang penuh buku [ udah googling tapi sayang nggak nemu gambarnya ], atau kira-kira seperti ini :

Source : Anime Go Sick Nomor 1

Tapi baru beberapa bulan terakhir ini aku mulai ngumpulin buku-buku, udah cerita kan ? Sekarang aku baru punya 13 buku. Tapi, biarpun baru segitu ternyata cukup makan tempat juga. 

My Homeless Book

Sepertinya aku butuh rak buku nih. Kamarku nggak punya rak buku. Soalnya selama ini buku paling tebal yang ku punya ya buku kuliah, terus dulu-dulu kalo ke toko buku belinya pasti komik yang nggak makan tempat. Rak bukuku adalah selembar papan yang dipakukan ke dinding. Selama ini sudah mencukupi kok.

Aku mau bikin rak buku sendiri. Yang sederhana aja, yang penting buku-buku punya rumah sendiri. Di rumah banyak papan-papan bekas ranjang kayu, tinggal mikirin gimana bentuknya, minjem peralatan dari Bapak, terus berkreasi deh. Kuat nggak ya tanganku maku-maku :D

Pengennya sih yang mirip ini :

Source : Pinterest

Tapi, karena aku sadar diri dengan kemampuanku, mungkin jadinya ya yang nggak jauh-jauh beda dari ini :

Source : Pinterest

Dan...Karena aku mau punya perpustakaan, makanya aku bulai belajar untuk menginventarisir buku-bukuku. Tau kan kalo di perpustakaan-perpustakaan itu, di punggung buku pasti ada tempelan kertas berisi indeks klasifikasi buku tersebut. Nah, tadi pagi tiba-tiba aku punya ide buat bikin kayak gitu. Biasanya buku-buku yang ku beli cuma ku tandai dengan nama dan tandatangan di lembar kedua setelah sampul.

Ada beberapa rumus klasifikasi buku yang sudah dikenal. Yang paling populer adalah indeks klasifikasi Dewey. menurut informasi yang aku dapat dari google, indeks ini adalah sistem klasifikasi yang paling maju dibanding sistem lainnya. Karena Dewey mengklasifikasikan buku-buku per kategori, tiap-tiap kategori itu di bagi lagi menurut genre buku, genre-genre buku tersebut juga dibagi lagi menjadi beberapa bagian. Karena itu, sistem ini rumit. Karena kategori buku ala Dewey aja ada lebih dari 10.

Jadi, aku bikin sistem klasifikasi buku versiku sendiri. Toh, ini kan buat kepentingan pribadi juga.

Awalnya, rumusnya begini : 

Nomor urut pembelian buku, Lokal [ L ]/Terjemahan [ T ], Fiksi [ F ]/Non Fiksi [ NF ]/ Tahun pembelian.

Jadi, kalo buku itu adalah buku kelima yang ku punya, terjemahan, fiksi, dan dibeli di tahun 2013, jadinya kayak gini :

005/T/F/2013

Keren, kan ?

Udah aku bikin lho untuk ke-13 bukuku, malah udah ditempelin sampe buku ke-10.

Hasil Kerjaan Sepagian-Salah Pula

Tapi ternyata aku bikin nomornya kurang. Di tahun 2013 aku beli 11 buku, tapi aku cuma nge-print nomor sampai 10. Terus yang bikin janggal tuh, kan ada beberapa buku yang berseri. Dan belinya juga nggak berurutan langsung buku 1, 2, 3 gitu. Biasanya loncat-loncat tergantung ketersediaan buku dan anggaran. Jadi, gimana bisa diketahui bahwa buku itu masih dalam satu serial padahal nomor pembelian bukunya nggak berurutan ???

Label Versi Awal-Nggak Ada Kategori Serial

Makanya aku mau nambahin satu kategori lagi, yaitu nomor serial [ jika berseri ]. Sejauh ini buku berseri yang ku miliki baru 5 serial. Jadi, daftarnya baru sampai lima. Terus gimana sistem penomorannya ? Jadi gini....

Nomor urut pembelian buku, Lokal [ L ]/Terjemahan [ T ], Fiksi [ F ]/Non Fiksi [ NF ], Nomor Serial [ Sx ] /Non Serial [ NS ]/Tahun pembelian

Daftar Serinya :

A : Pierce Oliviera Series
B : Heather Wells Series
C : Layken Series
D : Deirdre & James Series
E : The Atlas Emerald Series

Maka, kalo buku itu adalah buku kelima yang ku punya, terjemahan, fiksi, buku ketiga dari serial Pierce Oliviera, dan dibeli di tahun 2013, jadinya kayak gini :

005/T/F/S-A-03/2013

Label Versi Perbaikan-Sudah Ada Kategori Seri

Tjakep, kan ?

Tapi, aku harus kerja dari awal lagi. Ngebukain satu-satu label yang udah ditempel, ngerancang dan ngeprint label klasifikasinya, terus ngegunting/ngelakban, dan nempelin tuh label ke buku. Yes. Bakalan sibuk nih malam ini. :D

Oh iya, perpustakaan kecil pribadiku ini aku kasih nama " HOSHIZORA PERSONAL LIBRARY ". Dalam Bahasa Jepang, " Hoshizora " berarti bintang. Alasannya simpel, aku suka bintang. Bagiku, bintang adalah simbol harapan. Dan aku berharap perpustakaan kecil ini akan terus bertambah besar dan pada akhirnya bisa menjadi salah satu tempatku membangun harapan dalam hidup [ Aciyaa.... ]

Source : Pinterest

# Puncak Manic..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

This is virtual world. Tapi, inilah tempat yang justru membuat diri kita bisa sejenak melepaskan topeng-topeng dan jubah kepalsuan di dunia nyata. So, this is the real me, yang tak pernah ku tunjukkan kepada kenyataanku. Mari saling berbagi dan bercerita tentang hidup. Feel free to leave your comment. I am not too creative to reply the comments. So, sometimes i don't reply it. But, Please believe that i definitely read your single comment and really appreciate it.