Rabu, Januari 08, 2014

The Espressologist, A Novel By Kristina Springer


Judul : The Espressologist
Judul Asli : The Espressologist
Pengarang : Kristina Springer
Penerjemah : I Gusti Nyoman Ayu Sukerti
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Qanita
Tebal : 291 halaman
Diterbitkan pertama kali : Januari 2012
Format : Paperback
Target : Semua Umur
Genre : Novel
Serial : -
Beli di : Tb. Ramedia       

Ini sampul edisi terjemahan Indonesia yang ku punya :           
                            
Source : Here

Blurbs :

Aku Jane Turner, seorang barista. Sekarang aku lebih dikenal sebagai Espressologist--Orang yang bisa menjodohkan orang lain sesuai dengan kopi favorit mereka. Semua orang di kota membicarakanku, mereka yang belum punya pasangan datang padaku. dan tiga host TV ternama mewawancaraiku. Keren, kan ?

Semua orang yang datang padaku akan segera mendapatkan pasangan. Aku jamin 100 %.

Lalu bagaimana denganku ? Apa aku sudah punya pasangan ?

Sayangnya, belum. Tapi, setidaknya sekarang aku sudah menemukan targetku--cowok keren dan baik hati yang jadi pelanggan nomor satuku. Yah, walaupun kopinya bukan jodoh kopiku, kurasa aku bisa melakukan sedikit penyesuaian dengan kopi favoritku. Rencana ini pasti berhasil. Dan ku harap keberuntungan biji kopi berpihak padaku.

Sinopsis :

Percayakah kalian jika dikatakan bahwa kalian bisa menemukan jodoh kalian yang cocok hanya dengan melihat kopi kesukaan masing-masing ? Ide ini kedengaran agak absurd, ya. Tapi itulah yang menjadi keahlian Jane Turner, seorang barista muda yang bekerja di kedai kopi Wired Joe's. 

Jane adalah seorang mahasiswa senior di sebuah SMA. Karena bosan dengan kehidupan sekolahnya, ia justru memilih lebih menekuni pekerjaan paruh waktunya di Wired Joe's. Hari-harinya yang seru di tempat itu dikelilingi oleh pelanggan-pelanggannya yang ceria, Derek, sang manajer wilayah berusia 30-an yang terobsesi menjadi kontestan ajang pencarian bakat penyanyi rock, dan teman-temannya sesama barista Wired Joe's ; Sarah, Em [ yang juga sahabat Jane ], dan Daisy.

Tapi, Jane punya rahasia. Diam-diam ia mempelajari segala macam jenis kopi yang dipesan pelanggannya. Semacam tebakan gitu deh. Kalau melihat seseorang, hanya dari penampilan luarnya saja dia sudah tahu kopi apa yang akan dipesan orang itu sebelum orang yang bersangkutan memesannya. Tak lama kemudian, Jane juga mendapati bahwa ternyata ia dapat menjodohkan [ mak comblang ] dua orang hanya dengan melihat kopi favorit mereka. Pasangan pertama yang dijodohkannya adalah temannya sendiri, Simone [ kopi favoritnya Medium Dry Cappuccino ] dengan cowok bernama Gavin [ kopi favoritnya Medium Iced Vanilla Latte ].

Melihat kecocokan diantara Simone dan Gavin, Jane mulai percaya diri untuk menjodohkan teman-teman maupun pelanggan-pelanggannya. Dan semuanya ternyata berhasil, pasangan yang disatukannya selalu cocok satu sama lain. 

Tapi bagaimana dengan Jane sendiri ? Ia yang menyukai Non-fat Iced No Whip Mocca ternyata belum punya pasangan. Bukannya tidak ada orang yang disukainya sih, ada cowok pelanggan tetapnya yang bernama Will [ kopi favorit : Five-shot Espresso Over Ice ] yang ganteng minta ampun [ bahasa Jane ] yang matanya berwarna biru gelap. Selain itu ada Cam, cowok yang menjadi teman satu grupnya di salah satu pelajarannya [ Cam, kopi Favorit : Toffe Nut Latte ]. Jane menjodohkan Cam dengan Em, sahabatnya [ kopi favorit : Coffe Hot Chocolate ] yang baru saja diputuskan oleh pacarnya. Awalnya Jane sempat ragu bahwa mereka berdua bisa menjadi cinta sejati, mengingat kopi favorit mereka yang sebetulnya tidak terlalu cocok, namun bukannya tidak mungkin mereka bisa saling mengisi satu sama lain untuk sementara. Cam menerima suruhan Jane untuk mengajak Em keluar dengan ogah-ogahan.

Jane juga punya musuh, namanya Melissa. Cewek itu menyebutnya dengan panggilan Tukang-Macarin-Sepupu, karena pernah memergoki Jane menggandeng sepupunya sebagai teman kencan di pesta Homecoming [ Itu usul ibu Jane, karena Jane belum punya pacar ]. Sejak itulah Melissa selalu mengolok-olok Jane di setiap kesempatan.

Karier Jane sebagai Espressologist semakin bersinar setelah Derek, manajer Wired Joe's membuat event khusus Espressology bagi para pelanggan yang ingin mencari jodoh. Karena kesuksesannya, salah satu acara TV terkenal datang dan meliput serta mewawancarai sesi espressology Jane.

Di lain pihak, Jane dilema karena cintanya pada Will. Will menunjukkan tanda-tanda jelas kalau ia juga menyukai Jane. Namun, ternyata kopi favorit Will tidak cocok dengan kopi favoritnya, namun ia meyakinkan dirinya bahwa hal itu tak berarti apa-apa dan ya...ia bisa merubah pilihan kopinya. Jane berniat menjodohkan dirinya dengan Will di akhir sesi wawancara TV, saat ia diminta untuk menjodohkan sepasang pelanggan yang hadir di Wired Joe's langsung di tempat. 

Namun, ketika telah tiba saatnya, Melissa justru tiba-tiba mengajukan diri untuk dijodohkan [ Kopi favoritnya : Nonfat Latte ]. Jane yang panik karena didesak akhirnya terpaksa mengakui kalau pasangan yang cocok yang sesuai dengan kopi favorit Melissa adalah Will. Ia menjodohkan mereka, dan ketika kamera televisi pergi untuk meliput pasangan baru itu untuk kencan pertama mereka , Jane berlari sambil menangis. Ia dikejar dan ditenangkan oleh Cam, yang kemudian tiba-tiba menciumnya. Sialnya, Em yang menganggap dirinya berpacaran dengan Cam melihat semua kejadian itu dan kemudian mendiamkan Jane.

Pada akhirnya, Em yang sudah berbicara dengan Cam memaafkan Jane. Melissa juga berterima kasih karena telah menjodohkannya dengan Will, ia akhirnya berbaikan dengan Jane dan memberinya akses untuk bisa diterima belajar di sekolah fashion impian Jane. Dan.....Cam pun akhirnya jadian dengan Jane..

Spoiler abis, la..la..la.. #Lari-Lari Cantik. Biarin, orang bukunya udah terbit dua tahun lalu juga. 

Pendapatku sih, buku ini adalah semacam teenlit rasa barat. Soalnya ceritanya ringan, konfliknya nggak berat, dan agak menye-menye. He..He..He.

Yang saya suka dari novel ini adalah banyaknya resep kopi-kopi ala Wired Joe's. Kopi ala Starbucks gitu, saya suka menganalisis resepnya sambil membayangkan bagaimana jadinya. Terus ada gambaran-gambaran kepribadian yang dilambangkan dengan kopi-kopi itu. kalau menurut penjabarannya sih, sepertinya kopi yang cocok dengan profil saya adalah Small/Medium Zebra Moccha : Pintar dan kritis, tipe orang seperti ini suka mencoba sesuatu yang nggak biasa& memiliki jiwa petualang. Kreatif dan humoris, karakter yang menyenangkan. Berpenampilan standar--bukan seorang bintang rock, tapi juga bukan pekerja kantoran yang serius. 

Ngaku-ngaku, nih.

Yah, saya SUKA SEKALI kopi. Beneran deh. Saya pecinta kopi sejati. Tapi, kopi yang suka saya minum itu yang rasa Moka. Yang dijual rencengan harga seribu/bungkus itu, ada juga yang beli 2 gratis 1. :D. Sejujurnya saya belum pernah sekalipun nyobain minum kopi di kafe atau kedai yang ternama gitu. Denger-denger sih harganya mahal, nyampe 30.000-an/ gelas. Mending uangnya dikumpulin buat beli buku baru. Terus budaya minum kopi di kafe belum jadi hal yang lumrah di kota sini. Jadi, ya beli yang rencengan aja. Kalo itu sehari aku habis 2 bungkus.

Nah, ada tiga alasan kenapa saya milih beli buku ini pas kapan itu :

1. Harga

He..He..He. Soalnya saya ke toko bukunya nggak pas awal bulan, jadi ya anggarannya terbatas. Dan harga buku ini yang cuma 50K lebih berapa ribu gitu jelas menggoda mata saya.

2. Judul

Karena saya penggemar kopi, makanya saya tertarik dengan ceritanya yang, pada ekspektasi awal saya, akan menceritakan tentang kepribadian seseorang dilihat dari kopi favoritnya. Dan ternyata tebakan saya betul.

3. Sampul

Sampulnya yang ungu terong itu keren banget. Ungu adalah warna favorit saya selain pink. Kesannya mewah gitu.

Lah, kok jadi ngelantur kesana kemari. 

Untuk novel The Espressologist ini, aku kasih rating :

Cerita :


Sampul :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

This is virtual world. Tapi, inilah tempat yang justru membuat diri kita bisa sejenak melepaskan topeng-topeng dan jubah kepalsuan di dunia nyata. So, this is the real me, yang tak pernah ku tunjukkan kepada kenyataanku. Mari saling berbagi dan bercerita tentang hidup. Feel free to leave your comment. I am not too creative to reply the comments. So, sometimes i don't reply it. But, Please believe that i definitely read your single comment and really appreciate it.