Senin, Desember 23, 2013

Scene ( III )

" Tuh, kan ? Itu menyakitkan. Akui saja kalau itu menyakitkan," Kataku sambil menyenggol pelan lengan Arisa yang berdiri di sampingku. Tak ada jawaban, aku menoleh untuk melihat reaksinya. Jangan-jangan dia malah sudah pingsan lagi.

Ternyata tidak. Arisa tetap diam, bahkan seperti tak pernah terjadi apa-apa. Sedotan di mulutnya, dan matanya terpaku pada sesuatu yang sepertinya tertulis di ujung notebook ariel-nya. Ia tidak mengacuhkanku sama sekali. 

Astaga, ini orang. Cueknya keterlaluan.

" Ris, dengerin dong omonganku nih. Kamu kok cuek bebek gitu, sih. Ini menyangkut kehidupanmu lho. Menyangkut hubunganmu dengan Gavin. Apa nggak apa membiarkan dia deket gitu dengan cewek lain ? Di depan publik lagi. Ayo dong, Ris. Lakuin sesuatu. Kalo perlu kita samperin terus labrak dia, aku bakalan bantuin kamu, deh. Atau aku panggilan satpam aja dulu ? Buat jaga-jaga kalau dia balik ngamuk," Desakku.

" Nggak usahlah, Pris. Nyari ribut aja. Itu kan haknya Gavin mau deket sama siapa aja. Bukan berarti kita bakalan nikah pada akhirnya nanti, kan ?," Jawab Arisa. Bahkan dia tidak menatapku sama sekali.

Source : Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

This is virtual world. Tapi, inilah tempat yang justru membuat diri kita bisa sejenak melepaskan topeng-topeng dan jubah kepalsuan di dunia nyata. So, this is the real me, yang tak pernah ku tunjukkan kepada kenyataanku. Mari saling berbagi dan bercerita tentang hidup. Feel free to leave your comment. I am not too creative to reply the comments. So, sometimes i don't reply it. But, Please believe that i definitely read your single comment and really appreciate it.