Jumat, September 27, 2013

Teenlit..

Source : Pinterest

Jadi, saya akhinya mencoba membaca teenlit untuk riset dan contoh novel saya. Seperti biasa, sebagai orang akuntansi sejati saya selalu berusaha mendapatkan sesuatu dengan cara yang gratis sebisa mungkin. Dalam hal ini, saya mengandalkan internet.

Dan ternyata saya menemukan sebuah blog yang punya cukup banyak koleksi teenlit. Ada tiga teenlit yang sudah saya download, dua diantaranya sudah selesai saya baca sore tadi. Yaitu Lovasket #1 Karya Luna Torashyngu dan Batas Revolusi di 181 karya Syamsa Hawa. Yang satu baru saya mulai baca, judulnya Let Go karya Windhy Puspitadewi. 

Yang benar-benar saya suka adalah Batas Revolusi Di 181 [ BRd1 ]. Awalnya saya kira ini teenlit biasa, cerita anak OSIS yang berusaha merubah sekolah mereka. Ternyata tidak, ada bumbu-bumbu religi di dalamnya. Ada humornya juga. Saya sampai tertawa dan senyum-senyum sendiri. 




Memang sangat jarang saya menjumpai teenlit dengan bumbu religi. Susah diramu dan mungkin tak banyak peminatnya karena anak-anak sekolahan mungkin cenderung berpikir bahwa masalah " agama " dan sekolahan itu adalah hal yang berbeda. Agama dan sekolah merupakan dua dunia yang mungkin terasa paling absurd dan nggak nyata kalau dikompilasikan. Anak-anak sekolahan lebih menyenangi cerita yang menjual kisah cinta ala dongeng. Cowok keren-sempurna-tajir-ala-pangeran jatuh cinta pada cewek biasa, atau cowok super cool-raja-kutub-utara yang tiba-tiba bisa naksir sama cewek cerewet, banyak tingkah, dan yang pasti berbeda 360 derajat dari tipe si cowok. Gadis remaja memang suka bermimpi. Dan agama adalah hal nyata dan keras yang membatasi impian itu.

Saya pernah baca suatu artikel tentang mengapa novel-novel bergenre religi tidak lagi populer di kalangan pembaca Indonesia sekarang setelah dulu sangat booming dengan kehadiran novel " Ayat-ayat cinta ". Kalau tak salah ingat, penyebabnya yang pertama adalah karena novel-novel itu banyak menggunakan bahasa dari negeri antah-berantah yang tak diketahui maksudnya. Bahasa Arab, negeri yang sangat jauh dari kita. Meski mayoritas penduduk negeri non-islam berpemeluk Islam terbesar di dunia ini sudah mengenal Bahasa Arab sedikit-sedikit sejak kecil. Kalimat seperti akhwat, ikhwan, ta'aruf, dan lain sebagainya dirasa tidak membumi dan membingungkan para pembaca teenlit yang mencari kisah-kisah cinta manis yang ringan.

Kedua, kemasan novel-novel religi itu juga tidak menjual. Saya pribadi setuju sih. Saya agak tertarik membaca sebuah novel terutama dari illustrasi sampulnya, dan saya rasa pendapat saya mewakili pendapat mayoritas pembaca teenlit lokal. Meski keapikan sampul tak menjamin kualitas cerita sih, kan udah dibilangin Don't judge a book by its cover. Namun chasing masih menjadi tolak ukur pertama, meski bukan yang terakhir di negeri ini.

Nah, saya sendiri kurang berminat membaca sebuah novel religi yang sampulnya berwarna kalem, dengan tulisan tidak menonjol, dan gambar orang-orang asli berkopiah, berjilbab panjang, bersarung, dan lain sebagainya. Sorry to say, kesannya agak kampungan meski saya bukan orang gaul. 

Tapi, novel BRd1 tidak seperti itu. Lihat saja desain sampulnya, kita tak akan menyangka bahwa novel ini bisa dikategorikan bergenre religi. Tak ada ikon keislaman sama sekali di sampulnya, apalagi judulnya. Dan dalam ceritanya juga tidak terlalu banyak menggunakan bahasa asing.

Ada beberapa persoalan remaja yang diselesaikan dengan sudut pandang agama di novel ini. Contohnya, kewajiban berjilbab bagi muslimah, keharoman untuk berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahrom, dan hiburan ala islam yang tidak ketinggalan zaman.

Namanya teenlit, ada kisah cintanya juga. Tapi, sayang sekali dalam novel ini bagian itu tidak digali lebih lanjut, terkesan nggantung. Padahal saya penasaran lho bagaimana hint triangle love yang ada di novel ini diselesaikan dengan cara keagamaan ? :D

Yah, sepertinya saya akan sedikit demisedikit mengubah kepesimisan saya mengenai dunia teenlit Indonesia. Beberapa tahun terakhir ini, sudah banyak genre-genre baru yang muncul, yang membuat teenlit tak lagi mainstream seperti sebelumnya. Mungkin saya akan mencari teenlit lain untuk saya lahap. Eh, saya selesaikan dulu ding Let Go ini. :D Happy Reading....



Source Of All Book's Covers : Free Surfing @ Google Images

# Sooooo Exciting, irreplacable feeling.. !!!

1 komentar:

  1. "sebagai orang akuntansi sejati saya selalu berusaha mendapatkan sesuatu dengan cara yang gratis sebisa mungkin"..ternyata jiwa akuntansi mu sudah mendarah mendaging..:)

    BalasHapus

This is virtual world. Tapi, inilah tempat yang justru membuat diri kita bisa sejenak melepaskan topeng-topeng dan jubah kepalsuan di dunia nyata. So, this is the real me, yang tak pernah ku tunjukkan kepada kenyataanku. Mari saling berbagi dan bercerita tentang hidup. Feel free to leave your comment. I am not too creative to reply the comments. So, sometimes i don't reply it. But, Please believe that i definitely read your single comment and really appreciate it.