Selasa, Februari 11, 2014

An Antisocial Being

Iya, kok. Aku ngaku. Aku emang orang lemah. 

Source : Pinterest


Aku nggak begitu suka orang lain. Aku nggak mau tingkah mereka menyakitiku, menyinggungku, baik secara sadar maupun nggak sadar. Aku benci rasa sakit ! Seakan rasa sakitku sendiri saja belum cukup, masa' mau membiarkan diri disakiti orang lain ?

Iya. Aku gampang sakit hati. Mudah marah, egois, perfeksionis, kasar, dan paling anti disakiti.


Karena itu, aku memilih berpaling dan menjauh dari orang lain. Mungkin saja tidak ada yang salah dengan mereka. Toh, tak ada manusia yang sempurna. Semua pasti punya kekurangan dan kelemahan.

Tapi, aku tak sekuat itu untuk menghadapi dan berdamai dengan kekurangan itu. Akulah yang mendorong orang lain pergi dariku, atau menarik diri sehingga otomatis mereka perlahan menjauh. 

Source : MangaFox's Facebook

Sebenarnya, apa definisi sebenarnya dari kekuatan ? Apakah dikatakan kuat karena mampu mengangkat beban yang berat ? Mampu melakukan sesuatu yang tak sanggup dilakukan orang lain dengan " gaya tubuh " sendiri ?

Ada yang bilang orang yang kuat adalah mereka yang mampu menahan amarah padahal mereka bisa untuk melampiaskannya.

Aku tidak menyangkal bahwa orang-orang yang senang bergaul di luar sana [ apa ya istilahnya ? Sosialita ? ] juga adalah orang yang kuat. Kenapa ? Karena mereka mampu untuk menghadapi kelemahan dan tingkah beragam orang lain. Menganggapnya suatu hal yang biasa, lalu tetap hidup dan beraktivitas seperti tak ada yang terjadi. 

Sedangkan orang sepertiku, yang anti sosial ?

Karena merasa tidak sanggup menghadapi rasa sakit dan penghakiman dari orang lain, aku malah memilih mundur dari lingkaran sosial. Sebisa mungkin menghindari segala macam bentuk hubungan antar manusia, bertingkah menyedihkan dengan berusaha menyelesaikan semua hal sendirian, karena tidak mau orang lain turut campur yang malah akan mengacaukan segalanya.

Dan yang paling menyedihkan, aku sangat nyaman dengan diriku yang seperti ini. 

Entah kenapa, rasaku tak terusik sedikitpun melihat orang-orang di sekelilingku melakukan kegiatan-kegiatan yang mereka anggap sebagai wujud " menikmati masa muda " yang tak jauh-jauh dari nongkrong, jalan-jalan, shopping, mejeng, wisata kuliner ke tempat-tempat makan baru, menjajaki hubungan dengan lawan jenis, membentuk geng, berkenalan dengan orang-orang tak dikenal dari tempat antah berantah lewat beragam jejaring sosial, berburu gadget dan kendaraan terbaru, dan lain sebagainya. Aku tak tahu mengerti mengapa aku tak menginginkan semua itu.

Aku tak tahu mengapa aku lebih suka diam di rumah, keluar hanya kalau benar-benar perlu, tujuan  jalan-jalan  terbanyak adalah toko buku dan toko kain, menyalurkan segala macam rasa lewat tulisan, tak merasa butuh dengan segala rupa gadget terbaru, mayoritas waktu luang dihabiskan di jagat maya, punya hobi-hobi yang nggak biasa, kesana kemari sendirian, berpakaian sesuai keinginan dan standar mode pribadi, dan teman sejatinya adalah buku dan internet.

Itu salah, tentu saja. Karena manusia adalah makhluk sosial, yang dimaksudkan untuk hidup dengan saling mengsisi satu sama lain. Tak bisa hidup sendirian selamanya, bagaimanapun, suatu saat butuh manusia lain untuk, yah, setidaknya mengantarkan dan mengurus tubuh yang tak bernyawa ke rumah yang abadi.



Tapi, bukankah juga bisa dikatakan kuat orang yang percaya pada dirinya sendiri, tak menggantungkan diri pada pikiran, pendapat, dan penghakiman orang lain, serta dapat melakukan segala hal sendirian ?

Hamba aneh,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

This is virtual world. Tapi, inilah tempat yang justru membuat diri kita bisa sejenak melepaskan topeng-topeng dan jubah kepalsuan di dunia nyata. So, this is the real me, yang tak pernah ku tunjukkan kepada kenyataanku. Mari saling berbagi dan bercerita tentang hidup. Feel free to leave your comment. I am not too creative to reply the comments. So, sometimes i don't reply it. But, Please believe that i definitely read your single comment and really appreciate it.