Kamis, Februari 27, 2014

About KKN

Ini hari ke-4 pembekalan KKN. Besok diarahkan untuk pembekalan sesuai disiplin ilmu di fakultas masing-masing. Hari sabtu pelepasan. Hari senin sampai selasa sudah dikirimkan ke lokasi-lokasi KKN.

Source : Pinterest

Ada beberapa teman yang bercerita bahwa mereka sudah meminta kepada pihak P2WKKN selaku pelaksana kegiatan KKN agar ditempatkan di kampus, atau paling tidak di seputar wilayah Kota Palu saja dengan alasan masing-masing. Bahkan ada  seorang tetangga dari FKIP yang berstatus sebagai peserta KKN juga, sudah diuruskan orangtuanya untuk KKN di dekat kompleks perumahan kami saja. PKL di salah satu SMA di dekat rumah. Beberapa teman seangkatan yang sudah lebih dahulu mengikuti KKN di semester antara kemarin juga banyak yang menyarankanku untuk minta lokasi di kampus saja. " Supaya gampang urusan proposalnya " Kata mereka. Itu alasan yang benar, mengingat proposalku juga belum ada kemajuan sama sekali. Apalagi kalau aku berencana saat semester ini usai, harus sudah selesai ujian proposal juga. Yang berarti selama dua bulan ke depan seharusnya aku sudah selesai proses bimbingan yang tidak mungkin bisa terlaksana bila ditempatkan di lokasi di luar Kota Palu.

Tapi, entah kenapa aku ingin sekali agar ditempatkan di lokasi yang jauh dari sini. Kalau perlu di Banggai Laut, lokasi KKN terjauh yang perjalanannya menempuh waktu sehari semalam dan harus menyeberangi selat. Para pemateri pembekalan sudah mengatakan bahwa disana, masyarakatnya tidak mengenal yang namanya fasilitas MCK. Kamar mandi mereka adalah sungai, jadi seperti pemandian umum. WC tak dikenal, jika ingin buang hajat biasanya mereka langsung ke laut atau lari ke semak-semak dan menggali pasir seperti kucing.

Aku dilahirkan di kota, seumur hidup menempuh pendidikan di berbagai kota selain kota kelahiranku. Tak heran bahwa meski aku tercatat sebagai putra kelahiran Sulawesi, tak ada satupun yang ku ketahui tentang daerah ini. Dari hal mendasar saja seperti rute-rute jalan. Apalagi yang sudah besar seperti kebudayaan dan bahasa asli. Untuk dikatakan sebagai orang Jawa juga tidak bisa. Meski kedua orangtuaku asli orang Jawa, karena dibesarkan di Sulawesi maka budaya Jawanya juga kurang. Jadilah aku dan adik-adikku ini sebagai contoh kegagapan antara dua budaya yang jauh berbeda. Ha..Ha..Ha.

Hanya sekali aku pernah tinggal di desa. Saat itu aku baru lulus SMA dan ditugaskan ke daerah Lampung, Kalianda Selatan guna melaksanakan tugas sebagai Mubalighot. Daerah tempatku bertugas benar-benar minus. Listrik sebagai kebutuhan utama belum masuk, yang mengakibatkan perkembangan tempat itu juga tertinggal. Aku ingat nama desanya adalah Desa Budi Lestari. Hidup dalam kegelapan, secara harfiah, selam kurang lebih 8 bulan. Orang-orang desa situ juga sering bilang " Kasian banget ya mbak ini, ditugaskan disini. Di Lampung, Provinsi paling rendah dalam hal perkembangan daera se-Indonesia, di Kalianda yang jadi kecamatan terminus se-Lampung, dan di desa ini lagi, yang statusnya sebgai daerah tertinggal, desa termiskin di Kalianda ". Jadi, tempat paling miskinnya yang paling miskin. Istilahnya, sudah jatuh tertimpa tangga pula. 

Tapi, meski sangat berat, aku bisa bertahan disana. Bahkan lumayan betah. 

Source : Pinterest

Ada serunya bertempat di desa. Karena status sebagai orang kota yang membuat masyarakat desa penasaran sekaligus menghargai kita. Dan, banyak sekali hal yang dapat dilakukan karena memang kehidupan di desa masih sangat banyak perlu perbaikan dalam berbagai bidang.

Program kerja apa yang dapat dilakukan jika KKN di kampus ? Paling banter ya penghijauan, atau kebersihan.

Kalau di Kota, orang-orangnya tidak bisa dikejutkan lagi. Kan sudah modern. Segala macam ada. Tingkat pendidikan juga tinggi. Sikap apatis dan keras kepala, juga sok pintar pati banyak. Apalagi Palu ini adalah daerah rawan konflik yang sering sekali terjadi di pinggiran kota. Serem.

Jadi, aku terima aja mau ditempatkan dimana. Katanya pengumuman pembentukan kelompok dan lokasinya kalau nggak sore ini ya besok sore. 

Kalau memang Tuhan mengatur bahwa aku harus segera menyelesaikan studiku, berarti aku akan ditempatkan di Kota. Kalau Dia menghendaki aku menambah pengalaman, aku senang-senang aja ditempatkan di desa. Di Banggai Laut sekalipun.

Apalagi, yang sangat aku perlukan sekarang adalah mengalihkan depresiku. Cara satu-satunya adalah dengan pergi sejenak dari rumah dan juga kompleks tempat tinggalku. Oh, juga aktivitas harianku. 

Meski antisosial, aku suka bertemu dan berkomunikasi dengan orang-orang baru. Yang ku benci itu harus bersosialisasi dengan orang-orang yang sudah lama dikenal, sudah saling mengetahui " kartu " masing-masing. Sudah men-judge dan menilai sesuai keinginan mereka sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

This is virtual world. Tapi, inilah tempat yang justru membuat diri kita bisa sejenak melepaskan topeng-topeng dan jubah kepalsuan di dunia nyata. So, this is the real me, yang tak pernah ku tunjukkan kepada kenyataanku. Mari saling berbagi dan bercerita tentang hidup. Feel free to leave your comment. I am not too creative to reply the comments. So, sometimes i don't reply it. But, Please believe that i definitely read your single comment and really appreciate it.