Minggu, Oktober 20, 2013

Closing The Ears & The Eyes...

Source : Pinterest

Aku heran dengan orang-orang yang bicara seenak udelnya di hadapanku, berpikir bahwa aku akan mendengarkan semua omongan mereka. Berpikir bahwa aku harus menerima segala ocehan mereka. Nggak, nggak lagi. Sekarang aku sudah jadi orang jahat. Aku selalu dikenal karena keheninganku, kediamanku, kepasifanku. Banyak yang datang padaku untuk menumpahkan emosi yang mulai meluap, untuk meredam air mata, kata mereka. Itu tak masalah, datang saja kapan kalian mau. Aku memang pendengar yang baik, kok.

Tapi, tolong jangan bersusah payah menilai diriku dan lalu menyampaikannya di hadapanku. Well, tak cuma di hadapanku, sih. Aku akan lebih marah lagi jika kalian membicarakannya pada orang lain di belakangku. Tak ada yang suka kalau kejelekannya disebarkan, kan ? Meski dari kacamata dangkal kalian yang menilai baik tidaknya seseorang dari standar umum yang berlaku di dunia. Cantik, langsing, kalem, pintar, dan.. sifat artifisial lain. Sorry, i am out. Nggak ikutan, deh. Kalo kontes kecantikan gitu, aku udah bakal kalah duluan. Jadi, nggak usah repot-repot mengomentari apalagi mencelaku.

Apa sih masalah kalian kalau aku sedikit berbeda ? Toh aku tak pernah melakukan sesuatu yang merugikan kalian. Tak pernah ku ganggu hak milik kalian, privasi, hidup, atau apapun. Aku kan sudah bilang dari awal, aku tidak mau terlibat terlalu dekat dengan orang-orang dangkal macam kalian. I am living in my own world, kalian juga punya dunia yang kalian bangga-banggakan sendiri. Beres, kan ?

Bicaralah hal yang berguna untukku, sesuatu tentang dunia yang belum ku ketahui. Itu bisa mencakup banyak hal, sangat banyak. Kita akan bertukar cerita dari perspektif yang berbeda, mengasyikkan kan ? Kalau sudah kehabisan bahan, pergilah dengan tenang dan kembalilah jika masih ada yang ingin diperdebatkan. Selesai. 

Aku tak mau mendengar kalimat-kalimat penghakiman dan penilaian bodoh tentang diriku. Kalian tahu? Aku bertahun-tahun menderita karena terlalu memikirkan pandangan orang lain atasku. Apa yang bagus dari itu  ? Tak ada sama sekali. Aku hanya jadi orang bodoh yang dangkal, picik, palsu, dan tak bahagia. Jadi, aku sudah lama memutuskan untuk memasang filter di telinga dan mataku. Akan ku dengarkan hal yang ingin ku dengar, akan ku lihat hal yang ingin ku lihat. Aku tidak percaya pada peribahasa yang mengatakan bahwa orang lain adalah cermin diri kita. Siapa sih yang paling tahu tentang diri kita selain Tuhan Yang Maha Pencipta ? Tak seorangpun, kan ? Hanya diri kita sendiri.

Jadi, jangan repot-repot mengkritikku. Karena, hei.. Aku tak akan mendengarkan kalian. Akan ku tulikan telingaku, akan ku butakan mataku. Akan ku anggap kalian angin lalu yang tak layak diperhatikan. Aku sudah belajar untuk menutup indra pendengaran dan penglihatan. Jika telingaku hanya ku tutup denga kedua tangan, maka suara jelek kalian pasti masih dapat terdengar. Jadi, ku tutup kedua telingaku dengan earphone atau headset lalu ku kencangkan volume musik sambil melagu dalam hati.
Kalian pikir aku mendengarkan ? Tidak. Aku memang terlihat diam disini. Tapi filter otomatis itu sudah melindungi diriku. Jadi, nggak usah bersusah payah, ya...

Source : Pinterest

# Lagi suka posting gambar dengan ukuran besar-besar...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

This is virtual world. Tapi, inilah tempat yang justru membuat diri kita bisa sejenak melepaskan topeng-topeng dan jubah kepalsuan di dunia nyata. So, this is the real me, yang tak pernah ku tunjukkan kepada kenyataanku. Mari saling berbagi dan bercerita tentang hidup. Feel free to leave your comment. I am not too creative to reply the comments. So, sometimes i don't reply it. But, Please believe that i definitely read your single comment and really appreciate it.