Sabtu, November 22, 2014

Practice Makes Perfect By Julie James

Source : Here
( Sorry About This, But I Can't Find The Better Cover Scan Image )

Judul Asli : Practice Makes Perfect
Judul Terjemahan : Tak Ada Aturan Dalam Hukum Tarik Menarik
Pengarang : Julie James
Penerjemah : Layna Ariesianti
Tebal : 395 Halaman
Bahasa : Indonesia
Tahun Terbit : 2012
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Format : Paperback
Genre : Contemporer Romance
Serial : -
Status : Milik Pribadi
Nomor serial : 053/T/F/NS/2014
Beli di : Tb. Fb Online Sale Novel Kolpri

Blurb :

Setelah delapan tahun berkompetisi, yang melelahkan sekaligus menyenangkan, baik Payton maupun J.D. tinggal menunggu pengangkatan sebagai partner di firma hukum bergengsi di Chicago. Dengan mengesampingkan ego masing-masing, mereka bekerja sama melobi satu klien penting bagi firma. Sayangnya, bos mereka kemudian berubah, hanya satu dari mereka yang akan diangkat menjadi partner!

Payton Kendall  seorang feminis sejati sedangkan J.D. keturunan keluarga kaya yang memiliki banyak hak-hak istimewa. Sebuah novel kontemporer menawan dari Julie James, dengan karakter yang arogan dan ambisius tapi menawan, dan perdebatan menarik memaparkan ketidaknyamanan dan  kelemahan masing-masing pribadi.

Review :

Ini novel pertama terbitan Elex yang ku beli. Bukan berarti tidak akrab juga. Justru sebaliknya, dari kecil aku sudah hafal banget sama penerbit ini karena komik-komiknya. Malah bisa dibilang aku tumbuh besar bareng Elex karena pas kecil dulu komik-komik Elex yang serial orang-orang terkenal dunia tuh sudah jadi sahabat karibku. Kayaknya baru tahun-tahun terakhir ini aja Elex mulai merambah pasar buku-buku novel.

Jadi, ide dasar novel ini sebenarnya udah biasa banget—tentang cinta jadi benci, atau mungkin malah cinta yang terkamuflasekan dengan benci? Namun yang jadi ciri khas novel ini adalah komedinya yang menurutku agak berani. Debat sarkastiknya juga bertebaran dimana-mana dan bikin aku tertawa terus.

Setting tempatnya adalah sebuah firma hukum besar di Chicago. Dua tokoh utamanya, Payton Kendall dan J.D. Jameson sudah bekerja disana selama delapan tahun dan mereka berdua kini menduduki posisi sebagai rekanan senior yang sebentar lagi akan diangkat menjadi partner tetap firma itu. Sayangnya, bos mereka berulah licik. Ia mengumumkan bahwa hanya satu orang dari mereka yang akan diangkat dan keputusan itu akan diambil beberapa minggu lagi oleh komite kepartneran dengan mempertimbangan prestasi dan kinerja kerja mereka selama bekerja disana. Pertimbangan lainnya adalah bagaimana cara mereka bisa memenangkan seorang klien besar untuk memakai jasa firma mereka. Dua orang ini seperti Tom dan Jerry, sejak awal berkenalan sudah sama-sama berkompetisi untuk jadi pegawai terbaik dengan segala cara. Lucu banget cara mereka saling mencoba mengungguli satu sama lain. Kayak anak-anak banget. Bayangkan, mereka berdua ini berlomba paling cepat datang ke kantor untuk kemudian menyindir dan mengejek yang terlambat. Payton tiba di kantor pukul 7 pagi dengan perasaan sangat senang karena berharap akhirnya bisa mengalahkan J.D, untuk kemudian mendapati bahwa J.D sudah datang duluan.

Pengumuman dari bos mereka itu semakin memperuncing kompetisi diantara mereka berdua. Payton dan J.D. itu seimbang, selama ini kedua-duanya merupakan rekanan terbaik yang pernah dimiliki firma itu. Karena kompetisi pribadi mereka, di tahun kedelapan itu mereka sama-sama sukses sebagai pengacara dalam bidangnya masing-masing. Mereka bekerja lembur tanpa diminta, belajar dan membaca begitu banyak tentang artikel-artikel hukum, datang paling awal pulang paling akhir, apa saja deh pokoknya bisa mengalahkan yang lain.

Gesekan pertama dari kompetisi memperebutkan posisi partner tetap mereka terjadi ketika Payton tak sengaja menumpahkan kopi ke jas J.D padahal Payton berniat membantunya. Namun karena J.D sudah berburuk sangka duluan bahwa Payton mulai main kotor untuk memenangkan pertarungan, Payton jadi marah dan  tidak mengelak dari tuduhan itu. Jas kotor itu menurunkan kredibilitas J.D ketika sidang. Karena itu ia kesal dan membalas Payton dengan cara menyabotase sepatu haknya. Saat tampil membela kliennya dalam sidang, sepatu itu rusak, Payton terjatuh, roknya robek di belakang dan membuat seluruh belahan pantatnya ditonton oleh semua yang hadir disana.J.D sangat merasa bersalah karena merasa ia sudah keterlaluan, namun sekaligus mulai timbul respect pada Payton karena berhasil menangani situasi memalukan itu ( Kalau aku yang mengalami itu sih, langsung ambil cangkul, gali lubang di tanah, terus mengubur diri selama-lamanya disana :D ) dengan sangat baik.

Sang klien yang diperebutkan, Jasper Conroy, seorang eksekutif nyentrik flamboyan yang justru pertama kali menyadari keadaan diantara mereka berdua. Aku suka karakter Jasper, dia ini pebisnis yang tidak mementingkan uang semata, namun juga dari kualitas pribadi orang-orang yang berurusan dengannya. Jasper terus menunda keputusan pilihan firma hukumnya karena ia merasa senang dengan Payton dan J.D namun tidak suka dengan cara licik firma dan bosnya mengadu mereka berdua.

Endingnya so sweet banget. Aku sih udah bisa nebak gimana penyelesaiannya sejak seperempat pertama buku ini. Tapi itu tidak masalah buatku, karena yang penting bagaimana proses mereka bisa sampai pada penyelesaian itu. Aku justru heran dengan betapa lambannya Payton dan J.D untuk menyadari solusinya, mengingat mereka berdua ini sama-sama pintar dan terbaik dalam bidangnya. Ah, sudahlah. Yang pasti aku turut merasa senang saat mereka berdua akhirnya bisa bersama dan paling senang lagi saat mereka bisa membalas telak bos yang licik itu.

Yang sangat lucu, ketika akhirnya mereka berdua bisa bicara tanpa saling berusaha saling cekik lagi dan menemukan titik awal perseteruan delapan tahun mereka. Ternyata sebabnya hanyalah kesalahpahaman kecil yang...bener deh, konyol banget. Aku tidak mau membocorkannya, cuman aku jamin pas ketemu halaman itu nggak bakal bisa nahan ketawa, nggak habis pikir melihat kelakuan mereka berdua itu.

Satu hal yang membuatku agak penasaran sampai akhir adalah apa sih kepanjangan dari J.D itu ? Nggak disebutkan dimana-mana padahal aku sudah baca teliti  banget. Apa memang nama orang barat itu ada yang kayak inisial gitu, ya?

Alurnya sih enak diikuti, cuma ada satu hal yang menurutku agak mengganggu kenikmatanku membaca yaitu ada beberapa istilah hukum yang asing di telingaku. Dan karena aku males ribet nyari apa artinya, aku tetap nerusin membaca sambil ngira-ngira apa sih artinya istilah ini atau istilah itu. Terus Payton dan J.D sama-sama tokoh dengan karakter yang kuat, mereka bisa mengimbangi satu sama lain dan itu membuat cerita mereka menjadi menarik untuk diikuti.


Yang terakhir, sebenarnya tidak berhubungan dengan konten cerita tapi lebih pada masalah teknis bukunya, dalam hal ini adalah blurb. Aku kurang suka bagian “Sebuah novel kontemporer......” dan seterusnya sampai habis. Menurutku tidak perlu dijabarkan begitu, cukuplah dengan ringkasan ceritanya dan ditutup dengan pertanyaan-pertanyaan kayak “ Mengapa mereka....?”, “ Apakah dia bisa...,”. Begitulah.

Untuk cerita, ku beri rating :



Dan untuk sampulnya :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

This is virtual world. Tapi, inilah tempat yang justru membuat diri kita bisa sejenak melepaskan topeng-topeng dan jubah kepalsuan di dunia nyata. So, this is the real me, yang tak pernah ku tunjukkan kepada kenyataanku. Mari saling berbagi dan bercerita tentang hidup. Feel free to leave your comment. I am not too creative to reply the comments. So, sometimes i don't reply it. But, Please believe that i definitely read your single comment and really appreciate it.