Senin, November 17, 2014

A Kite Analogy

Source : Here

“Saat pertama kali kau ke sini,” ucapnya pelan “kau seperti layangan yang terbang tinggi terbawa angin, tanpa siapapun memegang ujung benangnya. Tetapi angin yang memicumu adalah rasa amarah.”

Aku menggeleng. “Aku tidak marah. Aku ketakutan.”

“Mungkin sedikit,” balasnya. “Tetapi sebagian besar dirimu merasa marah, sama seperti John. Bukannya itu buruk. Itulah mengapa dia memilihmu. Kalian sangat serupa. Kalian sama-sama marah—akan apa yang terjadi pada kalian, dan apa yang kalian lihat terjadi pada orang lain. Kalian berdua sama-sama butuh seseorang untuk memegang ujung benang layangan kalian supaya amarah kalian tidak membuat kalian terbang tinggi ke langit dan hilang selamanya.”

Airmata menggenangi mataku. Kali ini aku tidak dapat menghentikannya. Aku hanya dapat berharap kalau aku tidak bicara, airmata itu akan hilang dengan sendirinya.

“Sekarang setelah John tidak ada,” Kata Mr. Liu, “tidak ada yang memegangi benang layanganmu. Kau akan pergi ke manapun angin—dan amarahmu—membawamu. Kau bahkan mungkin akan tertiup menjauhi kami. Pikiran itu pasti sudah terlintas di benakmu.”

**A Scene in "Awaken" by Meg Cabot


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

This is virtual world. Tapi, inilah tempat yang justru membuat diri kita bisa sejenak melepaskan topeng-topeng dan jubah kepalsuan di dunia nyata. So, this is the real me, yang tak pernah ku tunjukkan kepada kenyataanku. Mari saling berbagi dan bercerita tentang hidup. Feel free to leave your comment. I am not too creative to reply the comments. So, sometimes i don't reply it. But, Please believe that i definitely read your single comment and really appreciate it.