Selasa, April 16, 2013

A Story About My Valley City


“ Hey, udah ke expo di walkot, belum ?” Tanya temanku, Heni.
“ Emang ada apa aja disana ?” Kataku acuh tak acuh.
“ Yah, banyak lah. Pameran baju-baju adat gitu. Terus ada stand-stand jualan macam-macam.”
“ Ohh,, ada yang jual baju-baju, tas-tas,..”
“ Pernak-pernik ada ? Kayak gelang-gelang manic-manik, atau tas-tas etnik gitu…”. Potongku.
Heni berpikir sejenak “ Kalo gelang-gelang ada, tas-tas etnik… Apa itu ?”.
“ Kayak tas-tas kain batik gitu loh..”
“ Oh ada… Harganya mungkin sekitar 60 ribuan”.
Untuk sebuah tas batik, itu mahal gila. Batinku.

Lalu Heni melanjutkan ceritanya mengenai acara jalan-jalannya ke Sulteng Expo kemarin. Mulai dari stand ramalan jodoh, stand tebak jumlah uang koin, dan lain-lain.

( Ya, di kotaku ini, Palu, Sulawesi Tengah emang lagi ngadain acara pameran & Expo untuk memperingati hari ulang tahunnya yang ke 49 ( Kalau tidak salah )… :D )
( Stop ! Nggak usah repot-repot ambil Peta Indonesia. Aku kasih tahu aja, di Indonesia ini ada sebuah kota antah berantah yang bernama Palu )

Source : Google Images. Com
( My Valley City, From The Air )

Kenapa nggak bikin acara lain aja sih ? kenapa setiap ada event selalu saja yang dibikin tu expo..expo…expo..dan expo.. aku nggak suka keramaian, itulah masalahnya. Padahal aku ingin ikut meramaikan hari jadi Kota ini, kota kelahiranku 21 tahun lalu. Kenapa nggak bikin event lomba marathon atau estafet mengelilingi kota, yang mana setiap tim yang ikut harus menemukan petunjuk arah selanjutnya yang di letakkan di tempat-tempat tertentu di seantero kota ?

( Uhh.. Mungkin aku terlalu banyak menonton anime )


Source : Google Images. Com
( The Map Of Palu )

( Fakta : Kota Palu ini terletak di garis khatulistiwa, Kota yang cuacanya berubah-ubah sepanjang waktu. Istilahnya, Pancaroba. Sesaat lalu panasnya ekstrim, menit berikutnya langit bisa seketika berubah mendung lalu menurunkan hujan yang deras.  Palu adalah sebuah daerah di Indonesia  yang mempunyai curah hujan terendah sepanjang tahun. Meskipun begitu, selama hidup di Palu aku belum pernah merasakan yang namanya kekurangan air. Palu adalah kota lembah, dikelilingi gunung di segala sisi, pantai di bawahnya. Kota dengan geografi berbukit-bukit, tanaman liar kaktus dan beluntas  )

Semasa SMA aku sekolah di Jawa, hampir 5 tahun meninggalkan Kota ini. semasa itu, selalu ada selusup rindu. Mungkin juga karena pengaruh keadaan sebagai anak rantau, Homesick. Aku merindukan suara angin di siang yang masuk ke sela-sela rumahku ( masa itu rumahku masih terbuat dari kayu ). Aku merindukan kehijauan yang terjajar di sepanjang jalanku menuju ke sekolah SMP-ku. Aku merindukan pemandangan yang selalu ku lihat setiap kali ke luar rumah. Kemanapun mata memandang, hanya ada gunung. Gunung yang bersiluet biru, cokelat, sedikit hitam, bahkan hijau di pagi hari. Aku merindukan masakan dari ikan laut segar yang selalu melimpah sepanjang tahun. Karena di Jawa, Lampung, Jakarta, tempatku pernah berpijak dulu, tidak ada satupun yang menyamai itu semua.

( Sekarang hal yang ku rindukan akan bertambah, Pantai biru gelap yang indah. )

Source : Google Images. Com
( Pantai Nelayan Beach )


21 tahun lalu, atau mungkin tepatnya sekitar 19 tahun lalu saat aku mulai bisa mengingat, Kota ini adalah kota yang besar. Luas, kosong, liar. Masa kecilku dipenuhi dengan semua itu. Bersama tiga orang teman kecilku menjelajah sungai, melintasi belukar, membuat ‘ secret base’ dari dedaunan beluntas dan rumput teki yang membentuk goa kecil ( mungkin lebih tepat jika disebut sarang ). Bermain kasti, susun batu, petak umpet, benteng, klahar, memanjat pohon jembolan, mencari jambu di hutan, berlomba-lomba menemukan bunga bungaan dan dedaunan aneh yang belum pernah kami lihat.

( Dan satu lagi, permainan yang menggunakan kayu. Pemain harus memukul dengan tepat kayu kecil yang dilemparkan oleh teman setimnya. Kayu kecil itu juga ditanam salah satu ujungnya di tanah, lalu ujung yang lainnya dipukul sambil dan ditangkap oleh pemain lain )

( Saat ini, sungai besar dan deras itu sudah tinggal selokan kecil yang hampir tidak terlihat, hutan-hutan itu telah jadi pondasi rumah, dan spesies-spesies tanaman aneh itu telah tiada )

Source : Google Images. Com
( The Yellow Bridge )

( Apakah cerita itu berkesan terlalu ‘ membelantara’ ?? kenyataannya seperti itulah, di kompleks perumahanku yang sangat luas ini, saat ku kecil hanya ada empat rumah yang saling berjauhan. Kompleks perumahanku sekarang ini dahulu dikelilingi hutan dan rawa. Tiga penjuru rumahku dulu adalah hutan  )

Ketika aku melintas di jalan I Gusti Ngurah Rai, jalan Walter Monginsidi, atau jalan Basuki Rahmat yang hampir selalu macet, atau saat aku pulang dari rumah teman sehabis kerja tugas kuliah jam 12 malam dan sepanjang jalan masih banyak kendaraan berlalu lalang dan toko-toko yang buka, atau melihat kompleks perumahanku yang sekarang sudah dipenuhi rumah-rumah yang besar dan mewah, kadang aku merasa kehilangan semua keheningan dan kenyamanan itu.

( Saat aku SD, jam 8 malam jalan raya sudah sangat sepi )

Sekarang Kotaku sudah punya Mall, Pizza Hut, dan pusat pertokoan yang baru.

Sepertinya kota ini sedang tertatih-tatih, seperti bayi baru belajar berjalan, untuk menuju suatu masa yang disebut orang-orang sebagai ‘ Modernisasi ‘. Yah, dari satu sisi, itu kemajuan yang bagus, sih.



Source : Google Images.Com
( The Afternoon Sky Of Palu )

Dan akhir-akhir ini, kotaku sering masuk TV. Setelah 49 tahun, baru tiga tahun terakhir masyarakat Indonesia melihat sebuah kota yang bernama Palu muncul di layar televisi. Namun sayang, berita yang menyertainya selalu bentrokan, perkelahian, dan pertikaian.

( Bahkan, kemarin aku mendengar berita bahwa Palu dinobatkan sebagai peringkat 1 PAD di Indonesia. PAD ?? Pendapatan Asli Daerah ?? Makmur dong.
Bukan, tapi PAD ( Perkelahian antar desa ). Menyedihkan. Turut berduka cita atas reputasi Kota ini. )

Source : Google Images. Com
( The Manticole Waterfall )

Sudah 21 tahun aku menjadi bagian dari geliat Kota Kecil ini, namun ternyata aku belum mengetahui apa-apa tentangnya. Sejarahnya, tempat-tempat kenangannya, nama-nama jalannya, dan lain-lain. Yang aku paham hanyalah sebatas dari mataku ( yang sepertinya belum bisa melihat apapun ). Dan kesan yang selalu tertangkap di hatiku adalah sejuk, nyaman, hening, tenteram, hijau, dan tenang.

Source : Google Images. Com
( The Float Mosque, Talise )

Pada akhirnya, seperti apapun kota ini, aku tetap merindukannya saat aku pergi jauh. Karena untuk saat ini, di kota inilah Rumahku, tempatku pulang, tempat aku dilahirkan dan dibesarkan, tempat keluargaku hidup, bernafas, dan membangun mimpi.


Source : Google Images. Com
( The Horse Statue, Talise )

Selamat ulang tahun,kota kecilku.
Selamat hari jadi ke 49.  

( Buat penduduknya, rukun-rukun ya... )

Source : Google Images. Com
( A Green Life Beats Of Palu Valley )




5 komentar:

  1. Selamat hari jadi ya untuk kota kamu , kota yang nantinya kalau kamu sudah besar bisa diingat sebagai kenangan manis :)

    BalasHapus
  2. waw jam 12 malam di jalan basuki rahmat masih rame orang lalu lalang, ati2 lo sapa tahu mereka itu ternyata mahluk halus haha

    BalasHapus
  3. jd penasaran pengen ke Sulteng.. pdhal saat ini ibu dan adik perempuan sy lg disana. *smile

    BalasHapus
  4. selamat hari jadi palu
    semoga setelah ini tidak ada lagi PAD
    dan kota menjadi tentram

    BalasHapus
  5. selamat hari jadi untuk kota mu,

    follow back ya

    www.dien-galuh.com

    BalasHapus

This is virtual world. Tapi, inilah tempat yang justru membuat diri kita bisa sejenak melepaskan topeng-topeng dan jubah kepalsuan di dunia nyata. So, this is the real me, yang tak pernah ku tunjukkan kepada kenyataanku. Mari saling berbagi dan bercerita tentang hidup. Feel free to leave your comment. I am not too creative to reply the comments. So, sometimes i don't reply it. But, Please believe that i definitely read your single comment and really appreciate it.