Jumat, April 19, 2013

Not Only A Crack Heart, But Also A Broken Soul...

" Untuk bisa menulis mungkin yang dibutuhkan adalah hati yang retak "

Saya berusaha keras untuk mengerjakan proyek novel pertama ini sebaik-baiknya. Semalam, saya browsing mencari kriteria novel romansa remaja yang baik. Dan setelah beberapa lama, saya nyasar ke blog punya Mbak Annesya, pengarang novel Ubur-ubur kabur. Tulisan-tulisannya sangat menyentuh, dan di sebuah artikel, saya menemukan kalimat yang menyentuh yang saya posting di baris teratas itu.
Oke, saya tidak hanya punya hati yang retak, namun juga jiwa yang hampir patah. Saya pasti bisa melakukannya.

Saya punya kegelapan saya sendiri. Bahkan lebih kelam dan lebih pekat daripada yang terlihat. Saya mencoba mengorek-ngorek hati saya, mencari kepedihan yang mungkin bisa membantu menyelami perasaan tokoh-tokoh dalam novel saya. Saya tahu saya akan membuka kotak pandora, kotak yang terlihat indah namun di dalamnya tersimpan malapetaka.

Source : Google Images.Com
( The Fallen Angel )


Saya baru saja menyingkap tirainya, ketika perasaan takut muncul tiba-tiba. Namun saya tak mau menyerah. Masa saya kalah sama sesuatu  yang berasal dari diri saya sendiri ? Saya mencoba membuka ingatan dan hati saya hingga ke sudut-sudut terdalam.

Dan ternyata, saya masih menemukan diri saya disana. Lemah, Berdarah, Luka, Koyak, awut-awutan.
Saya segera berlari keluar, takut  menghadapi dan mengingat lebih banyak lagi. Saat itu sudah lewat tengah malam. Dan mulailah saya terkena sindrom kegalauan, akibat dari melihat kembali hal-hal yang sudah saya anggap cuma mimpi buruk. Setelah itu saya menuliskan hal-hal yang gelap dan mengerikan, lancar sekali tangan ini menari di keyboard. Mengeluarkan secuil demi secuil kesakitan dan membahasakannya supaya dapat dimengerti manusia, beberapa saya posting di facebook. Benar-benar bukan seperti diri saya. Saya terus mengetik dengan kalut hingga hampir pukul lima dini hari saat saya akhirnya jatuh tertidur.

Efekny terasa hingga saya menulis ini. Sedari pagi mood saya jelek sekali, saya bangun dengan perasaan lelah luar biasa dan sulit bergerak. Beberapa kali saya bersandar ke dinding untuk menghela nafas. Sampai di kampus ternyata dosen saya tidak masuk. Dalam perjalanan pulang, melintasi jalan raya yang saya namakan ' Stairs To Sky' karena memang jika disitu berasa bisa terbang ke langit, air mata saya tumpah. Tidak banyak memang. Masih seperti  ada sesuatu yang mengganjal dalam dada saya, yang melarang dan mencegah air mata untuk membah keluar. Apa itu ? Saya juga tak tahu pasti.

Selama ini saya membekap ingatan-ingatan & perasaan-perasaan gelap itu dengan rantai terkuat yang bisa saya ciptakan, lalu memenjarakannya di pojok-pojok  hati terdalam yang asing, menguncinya berlapis-lapis, dan membuang anak-anak kuncinya dalam waktu.

Sudah begitu lama, sehingga saya lupa bahwa saya masih memiliki bayangan-bayangan hitam. Saya lupa bahwa kegelapan itu masih bersarang dan melekat, menempel erat seperti jiwa kedua. Saya lupa bahwa esensi sejati saya awalnya tercipta dari rasa sakit dan takut. Saya lupa bahwa saya masih punya hubungan yang lebih dekat daripada hubungan darah dengan kegelapan. Saya tidak tahu bahwa ada beberapa hal yang tak bisa tersembuhkan oleh waktu.

Saya tahu saya harus menghadapinya. Saya berjanji suatu saat saya pasti akan mengalahkannya, benar-benar menghapusnya dari bagian diri saya. Namun, sepertinya saya masih harus mundur dulu untuk sekarang. Entah sampai kapan....

Beberapa gelap yang sempat terbahasakan :










5 komentar:

  1. kunjungan perdana nih.. mba... mohon kerjasamanya... heheheh
    follow sukses polback yo....

    semoga novelnya cepet kelar mba.. n bawa kebaikan buat semua... aminnnn

    BalasHapus
  2. jdi lagi galaunya ne critanya yaa??hehe #sotoy

    BalasHapus
  3. keren, berani belajar membuat novel... kalo pas jam2 segitu memang rasanya jemari begitu mulusnya menari diatas tuts keyboard, ide juga lancar mengalir

    BalasHapus
  4. mbak, emangnya saat mau nulis novel bernuansa romansa remaja harus punya kreteria :
    >hati yang retak.
    >jiwa yang hampir patah.
    supaya lebih menjiwai novelnya ya ? kenapa pemicu untuk membuat novelnya ndak diganti misalnya dengan sesuatu pemikiran yang penuh ketenangan, kebahagian.. mbak??

    semangat bikin novelnya mbak ^^

    BalasHapus
  5. Hai say... semangat nulis yaah... :D

    BalasHapus

This is virtual world. Tapi, inilah tempat yang justru membuat diri kita bisa sejenak melepaskan topeng-topeng dan jubah kepalsuan di dunia nyata. So, this is the real me, yang tak pernah ku tunjukkan kepada kenyataanku. Mari saling berbagi dan bercerita tentang hidup. Feel free to leave your comment. I am not too creative to reply the comments. So, sometimes i don't reply it. But, Please believe that i definitely read your single comment and really appreciate it.