Senin, Januari 12, 2015

This Point

Source : Pinterest

Hi there. 

Sudah lama sejak aku terakhir menulis. Memang benar ternyata bahwa menulis adalah soal kebiasaan. Dulu aku mewajibkan diri menulis blog setiap hari, sehingga setiap hari ada saja rasanya ide untuk menulis walaupun dalam keadaan setidak menyenangkan apapun. Sejak KKN, kebiasaan itu mulai menghilang dan sekarang yah...tinggal seperti inilah. Ide selalu ada, tapi rasanya sulit menuangkannya dalam kata-kata.

Jadi, aku sudah selesai ujian dan perbaikan proposal tanggal 5 Desember tahun lalu. Saat ini seharusnya aku sedang penelitian untuk skripsi. Aku ingiinya bisa ujian bulan februari awal agar bisa ikut wisuda bulan maret. Tapi, entahlah...

Kisah yang mendominasi hari-hariku masih kisah sedih dan gelap. Moodku semakin kelam, yang mendominasi perasaanku adalah semua emosi negatif. Kemarahan, kebencian, ketidakpuasan, kekecewaan, kepedihan, terasing, tidak utuh, dan sebagainya. Komunikasi dengan keluargaku sedang tidak baik. Aku merasa mereka seperti kebanyakan orang, tidak bisa memahami diriku, dan aku benci itu karena, yah, mereka kan keluargaku. Aku merasa mereka membuangku karena tidak bisa menerima aku yang sebenarnya. 

Setiap bangun tidur, aku terjaga dengan perasaan yang rapuh. Seperti aku berdiri di atas selapis es di atas permukaan sungai yang dingin. Dan aku menunggu, menunggu suatu peristiwa yang memicuku untuk jatuh dalam sungai itu. Jika beruntung, selama sehari itu semuanya baik-baik saja. Tidak ada "pelatuk" yang ditarik. Jika nasibku buruk, maka tidak akan lama sesudah bangun, aku terperangkap. 

Dan pelarian yang paling terasa nyata saat ini adalah self injury.

Awalnya aku melakukannya jika emosi yang melandaku sudah benar-benar tidak tertahankan. Namun, akhir-akhir ini sepertinya semua emosi terasa seperti itu. Bukan hal yang aneh bagiku yang sekarang bila sebelum fajar menyingsing aku sudah memiliki lima torehan baru di lenganku.

Aku mencoba percaya bahwa semua ini akan berakhir. Aku tidak mungkin memiliki takdir yang seburuk itu, kan? Semua akan indah pada waktunya. Namun, di balik keyakinan rapuh itu ada suara berbisik yang semakin keras "Bagaimana jika tidak? Bagaimana jika tidak lebih baik? Bagaimana jika memang inilah nasibku? Bagaimana jika aku tidak bisa bahagia lagi?,"

Suatu kali aku merasakan begitu banyak hal sekaligus. Aku mengerti segalanya, bisa melihat dengan jelas ke arah manapun. Namun, semua itu selalu berganti dengan cepat. Aku jadi buta. Jalanku menghilang dan aku tidak mampu berdiri. Aku mulai kehilangan diriku. Yang manakah aku yang sebenarnya? 

Dan semuanya jadi lebih buruk karena aku tidak bisa menulis. Berputar-putar dalam benakku. 

Namun, ide-ideku semakin baik. Rasanya aku bisa melihat jalan yang baru dari banyak hal. Sebagian ide itu ada yang mampu diterima oleh orang lain, yang mana membuatku merasa "lepas". Tapi sebagian yang lain, terlalu aneh atau mungkin malah terlalu absurd sehingga ditolak, ditertawakan, dan diabaikan. Dan semua itu berubah jadi barbel terikat di kakiku dan menyeretku tenggelam dalam sungai yang dingin.

Dan aku tidak yakin lagi bahwa aku akan bertahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

This is virtual world. Tapi, inilah tempat yang justru membuat diri kita bisa sejenak melepaskan topeng-topeng dan jubah kepalsuan di dunia nyata. So, this is the real me, yang tak pernah ku tunjukkan kepada kenyataanku. Mari saling berbagi dan bercerita tentang hidup. Feel free to leave your comment. I am not too creative to reply the comments. So, sometimes i don't reply it. But, Please believe that i definitely read your single comment and really appreciate it.