Source : Pinterest
Akhir-akhir ini aku banyak merelakan dan melepaskan. Namun anehnya perasaanku begitu tenang.
Diriku yang sebelumnya adalah sosok yang keras dan tak mau kalah, tak suka dikalahkan, diremehkan, diacuhkan, ataupun dikesampingkan. Aku juga tak akan membiarkan orang lain menyakitiku tanpa pembalasan.
Tapi, belakangan ini aku merasa berbeda. Aku membiarkan seorang seniorku mencandaiku " gendut " , dan aku hanya menanggapinya tertawa. Aku membiarkan seorang dosen menyebut caraku bertanya sebagai " Bahasa kanak-kanak " hanya karena bicaraku sedikit rumit dan penarikan kesimpulan major minorku kacau, lalu aku hanya tertawa sedikit. Aku membiarkan seorang adik kelasku yang jadi ketua panitia mengabaikan perkataanku hanya untuk mendengarkan orang lain terlebih dahulu, dan aku hanya diam lalu mengulanginya kembali saat dia berkata " Kakak bilang apa tadi ?,". Aku tidak marah, merasa dendam, ataupun tersakiti. Padahal aku yang biasanya akan langsung mengamuk seperti macan yang terluka ketika ada sedikit saja tanda pengabaian padaku. Aku merelakan semua kejadian itu melewatiku, seperti bukan aku yang jadi subjeknya.
Apakah karena aku bahagia ? Tidak juga. Perasaan tenang ini tidak tepat disebut begitu. Aku hanya dapat membayangkan sebuah danau yang tenang dalam dadaku.
Atau mungkin ketenangan ini seperti tenangnya laut sebelum badai hebat datang ? Entahlah.
Selain itu, beberapa hari ini aku tidak mood melakukan apapun. Rasa malasku menjadi-jadi. Komitmen untuk rutin menulis blog setiap hari, semangat membaca tumpukan teenlit dan mulai menulis novel, dan mencari data dan jurnal-jurnal untuk proposal yang sudah mendesak sedang hilang entah kemana. Bahkan menonton dan mendownload anime yang biasanya jadi hal yang paling ku sukai pun sudah hampir seminggu tak ku kerjakan. Kemana kehidupanku yang biasa ? Mana individualitasku yang begitu hidup dan sibuk sendiri ?
Ketenangan ini hal buruk. Meski terkesan jahat dan cuek, sejujurnya aku suka diriku yang biasa. Yang meledak-ledak, yang bersemangat, yang tegar, yang apatis, dan yang selalu menahan luka. Karena semua itu membuatku merasa hidup sebagai seorang manusia. Aku bisa lancar menulis apapun, gila membaca, tertawa keras, dan senang menonton film justru jika hatiku sedang diliputi kesedihan dan mencoba untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Sebenarnya, aku jadi curiga pada diriku yang menunjukkan potensi menjadi seorang masokis. Aku begitu hidup dan menggeliat bebas justru saat hatiku sedang retak dan butuh penyembuhan.
Kalau seperti ini, hati dan diriku memang aman-aman saja. Namun, otak dan rasaku ikut hibernasi entah dimana. Aku merasa hidup di sebuah balon transparan yang dalam sebuah film digunakan untuk mengkarantina orang yang tidak punya kekebalan tubuh supaya orang itu tidak terserang penyakit dari luar. Aku hidup dalam balon itu, melihat berbagai alur kehidupan orang lain di sekelilingku. Dunia menyadari keberadaanku, namun aku merasa bukan menjadi bagian dari semua itu.
Source : Here
Lihat ? Aku juga mulai meragukan kewarasanku. My usual self, Please come back soon.. !!!
Source : Pinterest
# Current Song : Evanescence-Bring Me To Life..
WAKE ME UP INSIDEEEEEEE....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
This is virtual world. Tapi, inilah tempat yang justru membuat diri kita bisa sejenak melepaskan topeng-topeng dan jubah kepalsuan di dunia nyata. So, this is the real me, yang tak pernah ku tunjukkan kepada kenyataanku. Mari saling berbagi dan bercerita tentang hidup. Feel free to leave your comment. I am not too creative to reply the comments. So, sometimes i don't reply it. But, Please believe that i definitely read your single comment and really appreciate it.