Sometimes, i just want to die
I think it'll be a best way to be lost...
Aku memikirkan tentang mati secara sengaja atau " Suicide " saat kelas 3 SMA. Aku tidak begitu ingat kenapa persisnya aku ingin mati waktu itu. Yang menjadi dokumentasinya adalah sebuah tulisan di buku diary lamaku. Hanya satu halaman, tertulis menggunakan pensil.
Setelah itu, tidak terhitung berapa banyaknya aku memikirkan tentang kematian. Dulu, itulah pikiran terbesar yang diproses oleh otakku. Mau suicide dengan racun ? Pasti akan menderita terlebih dahulu dan besar kemungkinan tidak " terus " malah bisa bikin cacat. Gantung diri ? Cara mati yang sama sekali tidak berkelas. Menabrakkan diri ke depan kendaraan yang sedang melaju ? Aku benci rasa sakit fisik. Memotong nadi di pergelangan tangan ? Bakalan lama prosesnya.
Dan kemudian ada teman satu kosku yang hampir melakukannya. Dia sudah hampir memotong nadi di pergelangannya dengan silet, saat kami menemukannya. Dan terjadilah rebutan silet yang untungnya tidak melukai seorangpun dari kami.
Setelahnya, ada seorang lain yang ku kenal juga melakukan " Suicide " itu. Dia membeli sebotol sprite dan sepuluh butir Bod**x dan meminum semuanya sekaligus. Apa yang terjadi ? Bukannya " terus ", dia malah mabuk. Ibu kosnya yang mengetahui kejadian itu langsung membeli air kelapa berliter-liter dan memaksanya minum. Maka begitulah, ia selamat.
Ternyata berpindah dunia tak semudah yang terlihat. Bukan hanya dirimu dan alat eksekusimu yang terlibat, namun juga Tuhan dengan takdirnya.
Ada saat-saat dunia begitu gelap dan jalan menghilang di mataku, dan jalan pintas begitu terang terlihat. Ternyata aku tak berani. Aku membeli sprite selama beberapa hari, ibu kosku memergokiku sedang termenung memandangi botol sprite itu, dan berkata : " Awas lho, jangan kamu minum dengan bod**ex.". Aku tersenyum padanya dan membalas " Ya nggak mungkin lah, bu. Lagi pengen aja minum ini.".
Setelah dipikir-pikir lagi, meski aku sering memikirkan tentang " Suicide ", jelas aku tidak mau mati dengan cara begitu. Pun aku tidak mau mati muda. Pertama, dalam agamaku Tuhan melarang keras melakukan
" Suicide ". Pelakunya sudah pasti akan dimasukkan neraka selama-lamanya. Dan ya, siapa yang mau membusuk di neraka ? Hidup di dunia aja udah menderita, mati pun dibiarkan di neraka. Naudzubillahi min dzalik. Dan aku juga termasuk yang berpendapat bahwa " Suicide " adalah perbuatan seorang pengecut yang lemah.
Kedua. bagaimana mungkin aku mau mati sementara dosaku begini banyak ? Setidaknya aku ingin menebusnya dulu sedikit demi sedikit. Aku ingin jadi penghuni surga, membayar segala ketidakbahagiaan di dunia. Karena hak untuk hidup telah diberikan Tuhan padaku, maka aku wajib mempertanggungjawabkannya.
Dulu aku sering berdoa kepada Tuhan. Tuhan, berikan saya penyakit yang berat, berat sekali, tapi kedengaran keren. Kayak kanker darah, lemah jantung, kanker otak, dll. Ini efek nonton sinetron yang berlebihan. Di sinetron, orang-orang yang menderita penyakit seperti itu terlihat lemah, rapuh, baik hati, dan dikasihi semua orang karena mereka berpura-pura tetap kuat. Dalam keadaan sekarat, kekasih yang mereka cintai datang dan menemani sisa hidup mereka dan mereka mati dalam keadaan bahagia dan penuh cinta.
Nyatanya aku tetap sehat walafiat tidak kurang suatu apa sampai hari ini. Penyakit ringan seperti pusing, maag, atau demam pun tak pernah membuatku sampai tergeletak tak berdaya di tempat tidur. Harusnya itu sesuatu yang ku syukuri dengan sangat. Dan memang aku mulai belajar mensyukurinya, karena dengan fisik yang sangat [ terlalu ] kuat ini, di saat-saat menyedihkan aku bisa melarikan diri ke tempat-tempat yang aku mau tanpa terhalang oleh lemahnya tubuh.
Mungkin aku bukan ingin mati, tapi hilang lenyap tak berbekas. Tidak pernah ada dari semula. Tidak pernah ditakdirkan untuk dilahirkan. Sehingga tidak ada kewajiban untuk mempertanggungjawabkan apapun.
Atau mungkin aku hanya ingin sekali amnesia. Di sinetron-sinetron murahan itu, sepertinya semua orang mudah sekali mengalami amnesia. Kecelakaan sedikit, langsung hilang ingatan. Atau di dua anime yang termasuk favoritku. Yaitu ketika ketika kenangan terlalu berat untuk ditanggung, maka otak akan secara otomatis mempertahankan hidup dengan cara mengamnesiakan dirinya sendiri. Ku pikir aku sudah mengalami hal-hal berat itu, kenangan buruk dan mimpi-mimpi gelap yang mempengaruhiku hingga ingin menghilang saja. Jadi, mengapa sampai saat ini aku belum mengalami amnesia ?
Jika semuanya termaafkan olehku, mungkin aku bisa melangkah maju dan hidup dengan lebih baik. Masalahnya, itu semua terlalu menyakitkan. Tidak mungkin akan termaafkan begitu saja. Aku hanya selalu berharap bahwa aku bisa lupa, bisa amnesia , sehingga tak ada lagi yang merantai hatiku. Sehingga penyesalan dan kemarahan tak akan mengejarku ke ujung dunia manapun aku pergi.
Hanya ingin itu.
Source Of This Picture : Pinterest
# I am [ still ] a chicken..!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
This is virtual world. Tapi, inilah tempat yang justru membuat diri kita bisa sejenak melepaskan topeng-topeng dan jubah kepalsuan di dunia nyata. So, this is the real me, yang tak pernah ku tunjukkan kepada kenyataanku. Mari saling berbagi dan bercerita tentang hidup. Feel free to leave your comment. I am not too creative to reply the comments. So, sometimes i don't reply it. But, Please believe that i definitely read your single comment and really appreciate it.